Penulis :
Ruth Agnesia Sembiring
Nama Jurnal :
Jurnal interaktif
Volume :
Vol.4, No.1
Judul
Penelitian : Mantan
Militer Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2018
Fokus Penelitian :
Salah satu saluran untuk meningkatkan popularitas perwira militer adalah
melalui media sosial (medsos) seperti Instagram. Instagram digunakan untuk
menampilkan informasi hingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan perwira militer
yang maju dalam pemilihan kepala daerah.
Tiga pasangan calon gubernur dan
wakil gubernur Sumatera Utara periode 2018-2023 menggunakan Instagram (IG)
sebagai saluran untuk meningkatkan popularitas. Studi ini fokus pada mantan
militer yang menggunakan IG sebagai media untuk meningkatkan popularitas pada
masyarakat, khususnya generasi millennial. Sebagian besar calon kepala daerah
dalam unggahan di media sosial akan menampilkan kegiatan-kegiatan seperti
mengunjungi anak-anak sekolah; mengunjungi anak-anak yatim piatu; menyantuni
kaum difabel dan masyarakat marginal; mengunjungi korban bencana alam hingga
kunjungan ke pasar-pasar tradisional. Hal tersebut berbeda dengan dua mantan
militer yang bertarung dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2018, di
mana pada medsos mereka terdapat banyak unggahan dengan para anggota militer.
Adapun dua calon gubernur dan akun IG para calon gubernur adalah adalah sebagai
berikut:
1.
Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus dengan nama akun IG @djarotsaifulhidayat;
Pasangan calon didukung oleh PDI-P (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dan
PPP (Partai Persatuan Pembangunan).
2.
Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah dengan nama akun IG @edy_rahmayadi dan
@EdyRahmayadiOfficial. Pasangan calon ini didukung oleh Gerindra (Gerakan
Indonesia Raya) dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera), PAN (Partai Amanat
Nasional), Golkar (Golongan Karya), serta Nasdem (Nasional Demokrat), Hanura
(Hari Nurani Rakyat), PPP (Partai Persatuan Pembangunan).
Metodologi Penelitian :
Studi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan Instagram
(IG) sebagai media sosial (medsos) yang diamati oleh penulis karena kedua
mantan militer yang maju dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara menggunakan
medsos tersebut sebagai media untuk membangun popularitas.
Dalam studi ini penulis melakukan pengamatan dan pemilihan
terhadap akun IG Edy Rahmayadi untuk memisahkan unggahan terkait fokus penulis,
yaitu “militer” dengan unggahan-unggahan yang lain pada akun mereka yang tidak
menyinggung atau menampilkan figur militer. Hal ini untuk memudahkan penulis
dalam menganalisis data melalui unggahan pada IG mereka. Setelah penulis
melakukan analisis data, penulis kemudian membahasnya dengan beberapa poin yang
penulis jabarkan melalui beberapa sub judul pokok bahasan dan hasil kajian ini
Hasil Penelitian :
Melalui instagram, banyak cara yang dilakukan Edy untuk meningkatkan
popularitas mereka, dengan tujuan agar menarik simpati dan dukungan generasi
millenial. Pada IG mereka bukan hanya menampilkan kegiatan-kegiatan seperti
yang dilakukan oleh banyak calon kepala daerah, seperti mengunjungi anak-anak
sekolah dan anak-anak yatim piatu dan sebagainya, namun mereka juga menunjukkan
kedekatan mereka dengan militer. Penulis berangkat dari hal tersebut untuk
melihat sejauh mana relevansi popularitas perwira militer dengan aspek
kepemimpinan. Penulis menemukan bahwa Edy berusaha menunjukkan karakter
pemimpin yang tegas, disiplin dan cepat tanggap ala militer pada generasi
millenial untuk mendapatkan simpati. Edy menunjukkan “sepak terjangnya” ketika
menjadi seorang perwira militer dan memimpin anggotanya. Bagi penulis hal
tersebut dapat menjadi modal untuk memenangkan pemilihan gubernur, mengingat
bahwa setiap perwira militer akan berusaha mengintervensi kebijakan pemerintah
terkait kesejahteraan prajurit militer dan tentunya hal tersebut akan membekas
pada hati keluarga prajurit.
Analisis :
Dari Penelitian yang dilakukan, bahwa calon gubernur Edy memanfaat media sosial
sebagai sarana pendekatan diri kepada generasi millenial. Edy lebih aktif
mengunggah foto dan menulis caption atau membuat hastag yang menggambarkan
Sumatera Utara kedepannya saat dipimpin Edy. Berbeda dengan Djarot Saiful yang
tidak terlalu aktif menggunakan Instagram untuk mengambil simpati generasi
milenial dan calon pemilih pemula.
Penulis : Budi Ali
Mukmin dan Muhammad Ridha Syafii Damanik
Nama Jurnal :
Jurnal Geografi
Volume :
Vol 10 No.2
Judul
Penelitian : Demografi
Politik Sumatera Utara : Analisis Pilihan Politik Masyarakat Berdasarkan
Persebaran Penduduk, Agama dan Etnis dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara
tahun 2018 di Kota Medan
Fokus Penelitian :
memberikan sinyalemen bahwa pola persebaran penduduk yang berdomisili pada
masing-masing Kecamatan di Kota Medan tidak bisa dianggap sebagai pola domisili
biasa. Jika ditelisik lebih jauh pola pemukiman penduduk di Kota Medan ternyata
telah membentuk pola pemukiman yang dihuni berdasarkan kesamaan agama, kesamaan
etnis, dan kesamaan asal daerah pada masing-masing Kecamatan. Hal ini tampaknya
berimplikasi terhadap pilihan-pilihan politik yang diambil oleh penduduk di
Kota Medan dalam pilkada gubernur Sumatera Utara dimana isu agama, isu
etnisitas dan isu-isu kedaerahan ‘putra daerah’ menjadi vote getter untuk
meraih tampuk kekuasaan.
Karakter dari berbagai etnis yang memiliki keahlian tertentu
ternyata mempengaruhi pola pemukiman penduduk. Daerah-daerah pusat perkotaan
sebagai pusat perdagangan cenderung didominasi dari dua etnis, yakni etnis
Tionghoa dan etnis Minangkabau. Gedung-gedung pertokoan yang sekaligus
dijadikan sebagai tempat tinggal adalah karakter khas dari pelaku ekonomi etnis
Tionghoa. Di lain pihak etnis Minangkabau terkonsentrasi di pusat kota Medan
yang berprofesi sebagai pedagang kelas menengah kebawah, sebagai penjual
pakaian, membuka rumah makan khas Minang ataupun berprofesi sebagai pemotong
rambut.
Daerah Medan Denai yang menjadi pusat perkantoran maupun
pusat pemerintahan banyak dihuni oleh etnis Batak Tapanuli. Aktivitas
perdagangan sebenarnya juga dilakukan oleh etnis Batak ini, akan tetapi
perdagangannya berbeda dengan apa yang dilakukan oleh etnis Minang ataupun
etnis Tionghoa. Kegiatan perdagangan yang sering dilakukan oleh etnis Batak ini
adalah berjualan buah-buahan ataupun berjualan sayur-mayur di pusat
perbelanjaan
Metodologi Penelitian :
Demografi
Hasil Penelitian :
Demografi Politik di Sumatera Utara pasca pilkada Gubernur
Sumatera Utara pada tahun 2018 setidaknya memberikan gambaran bagaimana potensi
untuk melihat kontestasi politik tahun kedepannya. Perhelatan politik akbar
seperti pemilu serentak baik pemilu Presiden, DPR RI, DPD, DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten/Kota tahun 2019 untuk wilayah Sumatera Utara harus benar-benar
mempertimbangkan banyak hal yang harus diketahui seperti bagaimana menetapkan
isu-isu yang tepat jika dilihat pada tingkat usia penduduk di Kota Medan,
menetapkan paket kebijakan apa yang cocok dikampanyekan jika dilihat dari
tingkat pendidikan dan pertumbuhan ekonomi penduduk di Kota Medan dan
menetapkan tema kampanye seperti apa yang tepat untuk menarik para pemilih jika
dilihat dari segi gender. Namun beberapa hal di atas bisa saja tidak berjalan
sesuai dengan apa yang direncanakan ketika para masing. masing para kandidat
yang berkontestasi abai terhadap tiga isu utama yakni isu bagaimana mengemas
isu agama yang relevan, bagaimana pengelolaan isu-isu identitas etnis, dan isu
kedaerahan yang berkaitan tentang akomodasi kepentingan-kepentingan daerah.
Analisis : Penelitian yang dilakukan di atas, isu putra
daerah. etnis dan agama masih menjadi hal-hal yang diperhatikan oleh masyarakat
daerah kota Medan. Dari 21 Kecamatan di Kota Medan pasangan Djarot-Sihar hanya
unggul di 3 kecamatan.
Penulis :
Erond L. Damanik
Nama Jurnal :
The Journal of Society & Media
Volume :
Vol. 2(2)
Judul
Penelitian :Whatsapp dan
pemilih pemula di kota Medan (partisipasi politik era demokrasi digital pada
pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2018
Fokus Penelitian : Pemilih pemula didefinisikan
sebagai anggota masyarakat yang memiliki hak pilih, berusia 17-21 tahun atau
sudah/pernah menikah serta terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap. Guna
mendekati permasalahan penelitian, kajian ini menggunakan teori public sphere
dan contagion. Public sphere adalah ruang digital tempat diskusi kritis,
rasional dan objektif yang ditularkan kepada orang lain. Masalah dalam kajian
ini difokuskan pada bagaimanakah partisipasi politik pemilih pemula yang
menggunakan WhatsApp di kota Medan pada pemilihan gubernur Sumatera Utara
2018?. Apakah media sosial WhatsApp dapat dianggap sebagai public sphere pada
era digital?.
Metodologi Penelitian : Penelitian ini dilakukan secara
kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yaitu penelitian yang memungkinkan
eksplorasi terhadap entitas dan fenomena tunggal yang terikat waktu dan
aktifitas (program, even, proses, kelembagaan dan kelompok sosial) dan mengumpulkan
detail informasi yang digunakan untuk pengumpulan data selama periode jangka
waktu tertentu (Creswell, 1994). Informan penelitian adalah pemilih pemula
terutama pelajar dan mahasiswa berusia 17-21 tahun, memiliki WhatsApp serta
terdaftar sebagai DPT di kota Medan. Informan ditetapkan secara random sampling
sebanyak 50 orang. Sebanyak 25 orang berasal dari perguruan tinggi swasta dan
negeri, sedangkan sisanya adalah pelajar kelas III SMA negeri dan swasta di
kota Medan. Alat pengumpul data penelitian adalah kuesioner yang memuat 25
pertanyaan disertai 4 opsi jawaban. Pokok utama pertanyaan adalah menyangkut
diskusi-diskusi WhatsApp, anggota grup WhatsApp, tema politik yang dibicarakan,
keputusan politik, orientasi dan patron politik serta tindakan politik untuk
menentukan pilihan pada pemilihan gubernur Sumatera Utara tahun 2018. Kuesioner
didistribusikan kepada 50 informan pada minggu pertama Agustus 2018. Disamping
itu, dilakukan wawancara mendalam terhadap setiap informan. Wawancara mendalam
dilakukan pasca data-data kuesioner diproses melalui editing, coding dan
pembersihan data. Setiap kategori informan (mahasiswa dan pelajar) ditetapkan
masing-masing 3 informan untuk diwawancarai secara mendalam. Keenam informan
ini adalah informan yang memiliki rata-rata jawaban tertinggi melalui
kuesioner. Wawancara mendalam terhadap 6 informan dilakukan pada minggu kedua
Agustus 2018. Melalui kuesioner dan wawancara, dilakukan analisis mendalam
secara deskriptif maupun statistik sederhana guna menampilkan data dalam bentuk
tabel atau grafik tanpa menggeneralisasi kesimpulan akhir. Penelitian
difokuskan pada dua hal, (1) bagaimanakah partisipasi politik pemilih pemula
yang menggunakan WhatsApp di kota Medan pada pemilihan gubernur Sumatera Utara
2018?, dan (2) apakah media sosial WhatsApp dapat dianggap sebagai public
sphere pada era demokrasi digital dewasa ini?.
Hasil Penelitian : Menunjukkan partisipasi
politik pemilih pemula pengguna WhatsApp mengalami peningkatan signifikan
tetapi pemahaman demokrasi terkooptasi pada politik aliran. Demokrasi digital
dikebiri politik aliran karena situasi sosial, lingkungan keluarga, kerabat dan
teman sebaya, pengaruh mimbar dan simbol spiritual agama maupun paguyuban
etnik. Kemudian, media sosial WhatsApp bukan public sphere melainkan ‘mono
sphere’ atau ‘solo sphere’ yang diprivatisasi sebagai ruang diskusi terbatas
sesama keluarga, kerabat, teman sebaya, teman satu agama maupun teman satu
etnik.
Analisis : Dari penelitian diatas menjelaskan
bahwa media sosial WhatsApp tidak hanya digunakan untuk membahas hal-hal yang
bersifat deduktif tetapi permasalahan yang bersifat umum seperti pemberitaan
calon gubernur Sumatera Utara 2018. WhatsApp merupakan sarana menukar
informasi-informasi bertemakan agama, etnik dan pembangunan ekonomi serta
kesejahteraan baik secara personal chat maupun grup chat. Pembahasan calon
gubernur Sumatera Utara di media sosial WhatsApp berpengaruh pada perubahan
sikap dan perilaku pemilih pemula.
Penulis : Faizal Hamzah Lubis
Nama Jurnal :
Jurnal Interaksi
Volume :
Vol. 2 No. 2
Judul
Penelitian : Opini
mahasiswa kota Medan terhadap iklan politik calon Gubernur dan wakil Gubernur
Sumatera Utara tahun 2018
Fokus Penelitian : Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur Sumatera Utara akan dilaksanakan pada tahun 2018 mendatang secara
serentak seluruh Indonesia, tepatnya pada tanggal 28 Juni 2018. Selain untuk
memilih gubernur, pemilihan kepala daerah secara serentak gelombang ketiga ini
juga akan disertai dengan pemilihan Walikota dan Bupati di delapan
kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara. Khusus terkait dengan pemilihan
Gubernur Sumatera Utara dan Wakil Sumatera Utara, hingga saat ini telah banyak
beredar iklan politik yang disampaikan oleh bakal calon gubernur Sumatera
Utara. Iklan politik tersebut pada akhirnya telah menjadi pendapat umum di
tengah-tengah masyarakat Sumatera Utara. Opini publik atau pendapat umum adalah
gabungan pendapat perseorangan mengenai suatu isu yang dapat mempengaruhi orang
lain, serta memungkinkan seseorang dapat mempengaruhi pendapat pendapat
tersebut.
Metodologi Penelitian : Penelitian tentang opini mahasiswa
kota medan terhadap iklan politik calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera
Utara Tahun 2018” menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan analisis
korelasional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 1994 orang mahasiswa.
Dengan menggunakan penarikan sampel sebagaimana yang disampaikan arikunto
dengan mengambil 10% dari total populasi, maka sampel terpilih dalam penelitian
ini sebanyak 200 orang.
Hasil Penelitian :
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa kota Medan mengetahui akan
dilaksanakannya pemilihan umum kepala daerah Gubernur dan Wakil Gubernur
Sumatera Utara yang akan dilaksanakan pada tahun 2018, meskipun masih terdapat
mahasiswa yang tidak mengetahui dengan tepat pelaksanaan pemungutan suara dalam
pilkada dimaksud.
Responden yang terpilih dalam penelitian ini merupakan
mahasiswa/i yang berasal dari angkatan 2015 dan 2016. Menurut hemat peneliti,
bahwa responden tersebut telah dapat dikatakan layak atau cukup cakap untuk
menjawab persoalan dalam penelitian ini berhubung responden tersebut bukanlah
mahasiswa semester awal.
Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa sekitar 33,00% responden pada pemilihan umum kepala daerah
Sumatera Utara tahun 2018 ini menjadi pemilu/pemilukada pertama yang akan
dijalani, dengan 67,00% responden lainnya sudah pernah terlibat dalam
pemilu/pemilukada. Selain 33,00% responden yang menjadi pemilih pertama kali
dalam pilkada 2018 ini, ternyata terdapat 75,63% dari 134 responden yang baru
pertama kali terlibat dalam pemilu/pemilukada dengan artian bahwa pemilukada
2018 ini merupakan kesempatan kedua untuk turut berpartisipasi dalam pemilu
maupun pilkada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 77,50% responden melihat
iklan politik media luar ruang dalam bentuk spanduk dan hanya 21,00% yang
melihat dalam bentuk baliho serta 1,50% dalam bentuk umbul umbul. Hal ini
menunjukkan bahwa spanduk lebih efektif untuk dapat menjangkau masyarakat dalam
menyampaikan pesan politik yang ingin disampaikan. Meskipun dari penelitian ini
menunjukkan ada terdapat 9,00% responden yang menyatakan bahwa iklan politik
media luar ruang tidak memberikan manfaat bagi siapapun.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Pesan politik yang disampaikan melalui media luar ruang pada intinya
diterima baik oleh responden, bahkan 73,00% responden menyatakan iklan media
luar ruang dapat menumbuhkan kepercayaan diri responden dalam menentukan
pilihan politiknya. Selain itu terdapat 59,00% responden yang terpengaruh dan
17,00% responden sangat berpengaruh terhadap pilihan politik responden dari
iklan politik media luar ruang yang disampaikan oleh pasangan calon.
Analisis : Dari penelitian diatas menjelaskan
iklan ruang seperti spanduk dan baliho lebih diterima mahasiswa menunjukan
opini terdapat media tersebut. Terdapat mahasiswa yang tidak terpengaruh
terhadap iklan luar publik. Iklan luar ruang masih efektif karena dari 73%
responden mahasiswa menerima dengan baik. Namun tidak semua mahasiswa yang
melihat iklan publik dapat merubah pilihan terhadap salah satu calon.
Penulis :
Eko Harry Susanto
Nama Jurnal :
Jurnal Aspikom
Volume :
Vol. 3 No. 3,juli 2013
Judul
Penelitian : Media
sosial sebagai pendukung jaringan komunikasi politik
Fokus Penelitian : Perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi semakin memudahkan interaksi antar individu maupun
kelompok. Lalu lintas pesan dan pemberitaan tidak sepenuhnya dikuasai negara
tetapi bebas mengalir pada khalayak. Media sosial yang memiliki kekuatan dalam
penyebaran informasi menjadi pilihan untuk mempengaruhi, memotivasi, dan
melakukan tindakan yang dikehendaki oleh penyebar pesan. Pada saat yang
bersamaan, dominasi media massa arus utama semakin memudar. Penelitian ini
bertujuan : (1) menggambarkan pengguna media sosial tanpa perbedaan sosial
ekonomi dan politik, (2) menganalisis upaya media sosial dan media massa
menjangkau khalayak, (3) menelaah media sosial sebagai pendukung jaringan
komunikasi politik dalam demokrasi bernegara. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif untuk memberikan gambaran holistik tentang media sosial dalam
kaitannya dengan jaringan komunikasi politik yang dimanfaatkan oleh individu,
kelompok maupun berbagai entitas politik.
Kekuatan dan popularitas media sosial, partai politik,
institusi politik, kelompok kelompok politik, dan berbagai entitas di
masyarakat yang bersentuhan dengan pemerintah dan kekuasaan negara, berupaya
memanfaatkan media sosial sebagai pendukung kekuatan untuk mempengaruhi
khalayak. Kelompok-kelompok politik ini menggalang opini untuk menyalahkan
pihak yang tidak disukai dan secara berkesinambungan mengeksplorasi pesan dalam
aroma persaingan.
Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana media
sosial dengan pengguna yang beragam menjangkau khalayak yang terhubung dalam
jaringan komunikasi politik. Konteks penelitian ini berfokus pada media sosial
yang dimanfaatkan oleh pengguna untuk mendukung komunikasi politik, dalam
meraih, mendukung serta mengkritisi figur, kelompok maupun institusi politik.
Tujuan penelitian antara lain; (1) menggambarkan pengguna media sosial tanpa
perbedaan sosial ekonomi dan politik, (2) menganalisis upaya media sosial dan
media massa arus utama dalam menjangkau khalayak, (3) menelaah media sosial
sebagai pendukung jaringan komunikasi politik dalam demokrasi bernegara
Metodologi Penelitian : Kualitatif, berkaitan dengan upaya
mengembangkan fenomena sosial yang bertujuan untuk memahami perilaku dan
situasi sosial sekelilingnya, fokus pertanyaan pada mengapa orang berperilaku
dan berbudaya seperti yang mereka lakukan, bagaimana pendapat dan sikap
terbentuk, bagaimana orang memahami peristiwa yang ada disekitarnya,
(Hancock.,et.al, 2009:7). Penelitian kualitatif menggunakan tiga sumber utama:
analisis dokumen, wawancara, dan berbagai publikasi dalam bentuk teks maupun
online. Sejalan dengan pendapat Potter bahwa dokumen penelitian kualitatif
meliputi bahan-bahan seperti surat, memo, catatan, buku harian, artikel, buku,
naskah, e-mail, diskusi online, dan sebagainya (Kim, 2016: 45). Penelitian
kualitatif bersifat subjektif tergantung dari pengalaman peneliti dan yang
diteliti, dalam mengeksplorasi peristiwa peristiwa selama berlangsung
penelitian, atau memotongnya jika tidak sesuai dengan masalah yang diteliti
(Greenhalgh and Taylor (Greenhalgh and Taylor. 1997: 2)
Penelitian ini menitikberatkan pada
penelusuran dokumen maupun data online yang terkait dengan eksistensi media
sosial dan jaringan komunikasi politik. Media sosial dalam konteks ini
menyangkut semua jaringan untuk berkomunikasi yang memanfaatkan internet,
dipilih secara purposive dan tidak terbatas pada lokasi penggunaannya, sebab
diutamakan memiliki keterkaitan dengan pemakaian media sosial untuk kepentingan
politik. Esensinya mencermati berbagai pustaka,
Hasil Penelitian : penelitian ini adalah
pengguna media sosial tidak terikat oleh status sosial, ekonomi dan politik;
media sosial dan media massa arus utama memiliki karakter berbeda dalam
menyebarkan pesan kepada khalayak; dan media sosial merupakan pendukung
jaringan komunikasi politik dalam demokrasi bernegara. dokumen cetak maupun
online yang jumlahnya sangat banyak dan dipilih secara sengaja yang memiliki
kaitan dengan topik penelitian.
Analisis : Dari penelitian di atas menjelaskan
bahwa media sosial merupakan sarana berpolitik calon aktor politik tetapi media
sangat kuat sehingga tidak hanya membahas politik tetapi semua pembahasan.
Penulis :
Junaidi,Fifit Alfiah, Elly Susanti
Nama Jurnal :
Jurnal STMIK AMIKOM Yogyakarta
Volume :
ISSN 2302-3805
Judul
Penelitian : Manfaat
menganalisis pengaruh sosial media facebook terhadap kampanye partai politik di
Indonesia
Fokus Penelitian : Kampanye politik adalah satu
hal lumrah yang seringkali ditemukan dalam proses pertarungan politik dalam
suatu negara. Tidak bisa disangkal lagi bahwa melalui kampanye tersebut, aktor
politik bisa dengan leluasa untuk mencari seluruh segmen pemilih untuk
mendapatkan dukungan nantinya.
Manusia berinteraksi dengan manusia
lain telah menjadi bagian inti dari kehidupan. Interaksi antar manusia
merupakan rutinitas alamiah dalam fenomena hidup. Proses interaksi turut
melibatkan proses komunikasi. Saat ini ilmu dalam bidang komunikasi,
informatika dan teknologi sudah berkembang sangat pesat dan banyak berbagai
jenisnya dan yang sedang berkembang pesat dan terbanyak jenisnya dalam bidang
komunikasi, informatika dan teknologi adalah sosial media/network social. Dan
sudah hampir seluruh negara mengembangkan sosial medianya sendiri, karena pada
saat ini sosial media sudah mampu terintegrasi antara sesama aplikasi sosial
media maupun berbagai hal yang berhubungan dengan media internet. Karena
komunikasi lebih banyak terjadi dengan menggunakan sosial media, baik untuk
keperluan pribadi, bisnis, pendidikan, serta politik semuanya menggunakan media
sosial media sebagai media komunikasinya.
Media sosial facebook adalah media
sosial yang paling tepat sebagai media komunikasi dalam bidang bisnis,
pendidikan, sosial, maupun kepentingan politik. Karna situs facebook mampu dan
mudah di pahami dengan berbagai perkembangannya hingga saat ini, situs facebook
juga media sosial yang bagus sebagai media promosi kampanye dengan banyaknya
jumlah pengguna dan populernya situs facebook akan sangat efektif
menggunakannya sebagai sarana promosi kampanye. Dengan adanya situs facebook
sebagai media promosi atau kampanye partai politik seperti pemilihan presiden,
gubernur, bupati, anggota DPR dan yang lainnya akan menimbulkan berbagai
kritik.
Hasil Penelitian : Pada saat ini penggunaan
sosial media untuk bersosialisasi dengan masyarakat melalui facebook diyakini
dapat mempengaruhi perolehan suara dalam pemilu. Hingga 20 Maret 2014, seperti
data yang ditunjukkan pada Tabel 1 perolehan pendukung facebook terbanyak
diperoleh partai Gerindra dengan jumlah 2.201.269 (76,24%), Hanura 512.916
(17,76%), PDIP, 77.653 (2,68%).
Dari data ini dapat kita lihat bahwa posisi pertama yang
sejak awal ditempati oleh GERINDRA dengan 19,67% pendukung yang dihitung dari
banyaknya jumlah like yang didapat dari sekian banyaknya pengguna facebook di
Indonesia yang sekarang telah lebih dari 200 juta pengguna aktif., hingga kini
tetap memimpin dengan peningkatan yang sangat signifikan dengan memperoleh
2.201.269 like (76,24%) sebagai bentuk dukungannya di facebook seperti
ditunjukkan pada Gambar 6. Hal ini menunjukkan bahwa peran dan pengaruh dari
kepopuleran facebook sangat mampu mempengaruhi kepopuleran dan perolehan suara
partai politik di sosial media facebook Berikut data parpol peserta pemilu yang
aktif dalam penggunaan media sosial hingga 20 Maret 2014:
Analisis : Dari penelitian diatas partai
Gerindra memiliki jumlah like yang tinggi dibandingkan partai lain dalam media
sosial Facebook akan tetapi pada pemilihan presiden nama Prabowo kalah dari
rivalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Damanik, Erond L . (2018). Whatsapp
dan pemilih pemula di kota Medan. Medan : jurnal Sosial media Vol. 2No.2
Junaidi,
Dkk (2015). Manfaat menganalisis pengaruh
sosial media facebook terhadap kampanye partai politik di Indonesia. Yogyakarta
: Jurnal STMIK AMIKOM Yogyakarta ISSN
2302-3805
Lubis, Faisal Hamzah. (2018). Opini mahasiswa kota Medan terhadap iklan
politik calon Gubernur dan wakil Gubernur Sumatera Utara tahun 2018. Medan
: Jurnal Interaksi Vol. 2 No. 2
Mukmin, Budi Ali dan Muhammad Ridha
Syafii Damanik. (2018). Demografi Politik
Sumatera Utara : Analisis Pilihan Politik Masyarakat Berdasarkan Persebaran
Penduduk, Agama dan Etnis dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2018 di
Kota Medan. Medan : Jurnal Geografi Vol 10 No.2
Sembiring, Ruth Agnesia . (2018). Mantan militer dalam pemilihan Gubernur
Sumatera Utara 2018. Malang: Vol.4 No. 1
Susanto, Eko Harry (2017). Media sosial sebagai pendukung jaringan
komunikasi politik. Jakarta: Jurnal Aspikom Vol. 3 No. 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar