Jumat, 05 April 2019

Resume Jurnal


Penulis                                 : Ruth Agnesia SembiringRounded Rectangle: Resume Jurnal
Nama Jurnal                        : Jurnal interaktif
Volume                                : Vol.4, No.1
Judul Penelitian                   : Mantan Militer Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2018
Fokus Penelitian                  : Salah satu saluran untuk meningkatkan popularitas perwira militer adalah melalui media sosial (medsos) seperti Instagram. Instagram digunakan untuk menampilkan informasi hingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan perwira militer yang maju dalam pemilihan kepala daerah.
            Tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara periode 2018-2023 menggunakan Instagram (IG) sebagai saluran untuk meningkatkan popularitas. Studi ini fokus pada mantan militer yang menggunakan IG sebagai media untuk meningkatkan popularitas pada masyarakat, khususnya generasi millennial. Sebagian besar calon kepala daerah dalam unggahan di media sosial akan menampilkan kegiatan-kegiatan seperti mengunjungi anak-anak sekolah; mengunjungi anak-anak yatim piatu; menyantuni kaum difabel dan masyarakat marginal; mengunjungi korban bencana alam hingga kunjungan ke pasar-pasar tradisional. Hal tersebut berbeda dengan dua mantan militer yang bertarung dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2018, di mana pada medsos mereka terdapat banyak unggahan dengan para anggota militer. Adapun dua calon gubernur dan akun IG para calon gubernur adalah adalah sebagai berikut:
1. Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus dengan nama akun IG @djarotsaifulhidayat; Pasangan calon didukung oleh PDI-P (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dan PPP (Partai Persatuan Pembangunan).
2. Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah dengan nama akun IG @edy_rahmayadi dan @EdyRahmayadiOfficial. Pasangan calon ini didukung oleh Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera), PAN (Partai Amanat Nasional), Golkar (Golongan Karya), serta Nasdem (Nasional Demokrat), Hanura (Hari Nurani Rakyat), PPP (Partai Persatuan Pembangunan).
Metodologi Penelitian         : Studi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan Instagram (IG) sebagai media sosial (medsos) yang diamati oleh penulis karena kedua mantan militer yang maju dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara menggunakan medsos tersebut sebagai media untuk membangun popularitas.
Dalam studi ini penulis melakukan pengamatan dan pemilihan terhadap akun IG Edy Rahmayadi untuk memisahkan unggahan terkait fokus penulis, yaitu “militer” dengan unggahan-unggahan yang lain pada akun mereka yang tidak menyinggung atau menampilkan figur militer. Hal ini untuk memudahkan penulis dalam menganalisis data melalui unggahan pada IG mereka. Setelah penulis melakukan analisis data, penulis kemudian membahasnya dengan beberapa poin yang penulis jabarkan melalui beberapa sub judul pokok bahasan dan hasil kajian ini
Hasil Penelitian                   : Melalui instagram, banyak cara yang dilakukan Edy untuk meningkatkan popularitas mereka, dengan tujuan agar menarik simpati dan dukungan generasi millenial. Pada IG mereka bukan hanya menampilkan kegiatan-kegiatan seperti yang dilakukan oleh banyak calon kepala daerah, seperti mengunjungi anak-anak sekolah dan anak-anak yatim piatu dan sebagainya, namun mereka juga menunjukkan kedekatan mereka dengan militer. Penulis berangkat dari hal tersebut untuk melihat sejauh mana relevansi popularitas perwira militer dengan aspek kepemimpinan. Penulis menemukan bahwa Edy berusaha menunjukkan karakter pemimpin yang tegas, disiplin dan cepat tanggap ala militer pada generasi millenial untuk mendapatkan simpati. Edy menunjukkan “sepak terjangnya” ketika menjadi seorang perwira militer dan memimpin anggotanya. Bagi penulis hal tersebut dapat menjadi modal untuk memenangkan pemilihan gubernur, mengingat bahwa setiap perwira militer akan berusaha mengintervensi kebijakan pemerintah terkait kesejahteraan prajurit militer dan tentunya hal tersebut akan membekas pada hati keluarga prajurit.
Analisis                                : Dari Penelitian yang dilakukan, bahwa calon gubernur Edy memanfaat media sosial sebagai sarana pendekatan diri kepada generasi millenial. Edy lebih aktif mengunggah foto dan menulis caption atau membuat hastag yang menggambarkan Sumatera Utara kedepannya saat dipimpin Edy. Berbeda dengan Djarot Saiful yang tidak terlalu aktif menggunakan Instagram untuk mengambil simpati generasi milenial dan calon pemilih pemula.
Penulis                                 : Budi Ali Mukmin dan Muhammad Ridha Syafii Damanik
Nama Jurnal                        : Jurnal Geografi
Volume                                : Vol 10 No.2
Judul Penelitian                   : Demografi Politik Sumatera Utara : Analisis Pilihan Politik Masyarakat Berdasarkan Persebaran Penduduk, Agama dan Etnis dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2018 di Kota Medan
Fokus Penelitian                  : memberikan sinyalemen bahwa pola persebaran penduduk yang berdomisili pada masing-masing Kecamatan di Kota Medan tidak bisa dianggap sebagai pola domisili biasa. Jika ditelisik lebih jauh pola pemukiman penduduk di Kota Medan ternyata telah membentuk pola pemukiman yang dihuni berdasarkan kesamaan agama, kesamaan etnis, dan kesamaan asal daerah pada masing-masing Kecamatan. Hal ini tampaknya berimplikasi terhadap pilihan-pilihan politik yang diambil oleh penduduk di Kota Medan dalam pilkada gubernur Sumatera Utara dimana isu agama, isu etnisitas dan isu-isu kedaerahan ‘putra daerah’ menjadi vote getter untuk meraih tampuk kekuasaan.
Karakter dari berbagai etnis yang memiliki keahlian tertentu ternyata mempengaruhi pola pemukiman penduduk. Daerah-daerah pusat perkotaan sebagai pusat perdagangan cenderung didominasi dari dua etnis, yakni etnis Tionghoa dan etnis Minangkabau. Gedung-gedung pertokoan yang sekaligus dijadikan sebagai tempat tinggal adalah karakter khas dari pelaku ekonomi etnis Tionghoa. Di lain pihak etnis Minangkabau terkonsentrasi di pusat kota Medan yang berprofesi sebagai pedagang kelas menengah kebawah, sebagai penjual pakaian, membuka rumah makan khas Minang ataupun berprofesi sebagai pemotong rambut.
Daerah Medan Denai yang menjadi pusat perkantoran maupun pusat pemerintahan banyak dihuni oleh etnis Batak Tapanuli. Aktivitas perdagangan sebenarnya juga dilakukan oleh etnis Batak ini, akan tetapi perdagangannya berbeda dengan apa yang dilakukan oleh etnis Minang ataupun etnis Tionghoa. Kegiatan perdagangan yang sering dilakukan oleh etnis Batak ini adalah berjualan buah-buahan ataupun berjualan sayur-mayur di pusat perbelanjaan
Metodologi Penelitian         : Demografi
Hasil Penelitian                   :












Demografi Politik di Sumatera Utara pasca pilkada Gubernur Sumatera Utara pada tahun 2018 setidaknya memberikan gambaran bagaimana potensi untuk melihat kontestasi politik tahun kedepannya. Perhelatan politik akbar seperti pemilu serentak baik pemilu Presiden, DPR RI, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota tahun 2019 untuk wilayah Sumatera Utara harus benar-benar mempertimbangkan banyak hal yang harus diketahui seperti bagaimana menetapkan isu-isu yang tepat jika dilihat pada tingkat usia penduduk di Kota Medan, menetapkan paket kebijakan apa yang cocok dikampanyekan jika dilihat dari tingkat pendidikan dan pertumbuhan ekonomi penduduk di Kota Medan dan menetapkan tema kampanye seperti apa yang tepat untuk menarik para pemilih jika dilihat dari segi gender. Namun beberapa hal di atas bisa saja tidak berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan ketika para masing. masing para kandidat yang berkontestasi abai terhadap tiga isu utama yakni isu bagaimana mengemas isu agama yang relevan, bagaimana pengelolaan isu-isu identitas etnis, dan isu kedaerahan yang berkaitan tentang akomodasi kepentingan-kepentingan daerah.
Analisis                                :  Penelitian yang dilakukan di atas, isu putra daerah. etnis dan agama masih menjadi hal-hal yang diperhatikan oleh masyarakat daerah kota Medan. Dari 21 Kecamatan di Kota Medan pasangan Djarot-Sihar hanya unggul di 3 kecamatan.
Penulis                                 : Erond L. Damanik
Nama Jurnal                        : The Journal of Society & Media
Volume                                : Vol. 2(2)
Judul Penelitian                   :Whatsapp dan pemilih pemula di kota Medan (partisipasi politik era demokrasi digital pada pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2018
Fokus Penelitian                  : Pemilih pemula didefinisikan sebagai anggota masyarakat yang memiliki hak pilih, berusia 17-21 tahun atau sudah/pernah menikah serta terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap. Guna mendekati permasalahan penelitian, kajian ini menggunakan teori public sphere dan contagion. Public sphere adalah ruang digital tempat diskusi kritis, rasional dan objektif yang ditularkan kepada orang lain. Masalah dalam kajian ini difokuskan pada bagaimanakah partisipasi politik pemilih pemula yang menggunakan WhatsApp di kota Medan pada pemilihan gubernur Sumatera Utara 2018?. Apakah media sosial WhatsApp dapat dianggap sebagai public sphere pada era digital?.
Metodologi Penelitian         : Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yaitu penelitian yang memungkinkan eksplorasi terhadap entitas dan fenomena tunggal yang terikat waktu dan aktifitas (program, even, proses, kelembagaan dan kelompok sosial) dan mengumpulkan detail informasi yang digunakan untuk pengumpulan data selama periode jangka waktu tertentu (Creswell, 1994). Informan penelitian adalah pemilih pemula terutama pelajar dan mahasiswa berusia 17-21 tahun, memiliki WhatsApp serta terdaftar sebagai DPT di kota Medan. Informan ditetapkan secara random sampling sebanyak 50 orang. Sebanyak 25 orang berasal dari perguruan tinggi swasta dan negeri, sedangkan sisanya adalah pelajar kelas III SMA negeri dan swasta di kota Medan. Alat pengumpul data penelitian adalah kuesioner yang memuat 25 pertanyaan disertai 4 opsi jawaban. Pokok utama pertanyaan adalah menyangkut diskusi-diskusi WhatsApp, anggota grup WhatsApp, tema politik yang dibicarakan, keputusan politik, orientasi dan patron politik serta tindakan politik untuk menentukan pilihan pada pemilihan gubernur Sumatera Utara tahun 2018. Kuesioner didistribusikan kepada 50 informan pada minggu pertama Agustus 2018. Disamping itu, dilakukan wawancara mendalam terhadap setiap informan. Wawancara mendalam dilakukan pasca data-data kuesioner diproses melalui editing, coding dan pembersihan data. Setiap kategori informan (mahasiswa dan pelajar) ditetapkan masing-masing 3 informan untuk diwawancarai secara mendalam. Keenam informan ini adalah informan yang memiliki rata-rata jawaban tertinggi melalui kuesioner. Wawancara mendalam terhadap 6 informan dilakukan pada minggu kedua Agustus 2018. Melalui kuesioner dan wawancara, dilakukan analisis mendalam secara deskriptif maupun statistik sederhana guna menampilkan data dalam bentuk tabel atau grafik tanpa menggeneralisasi kesimpulan akhir. Penelitian difokuskan pada dua hal, (1) bagaimanakah partisipasi politik pemilih pemula yang menggunakan WhatsApp di kota Medan pada pemilihan gubernur Sumatera Utara 2018?, dan (2) apakah media sosial WhatsApp dapat dianggap sebagai public sphere pada era demokrasi digital dewasa ini?.
Hasil Penelitian                   : Menunjukkan partisipasi politik pemilih pemula pengguna WhatsApp mengalami peningkatan signifikan tetapi pemahaman demokrasi terkooptasi pada politik aliran. Demokrasi digital dikebiri politik aliran karena situasi sosial, lingkungan keluarga, kerabat dan teman sebaya, pengaruh mimbar dan simbol spiritual agama maupun paguyuban etnik. Kemudian, media sosial WhatsApp bukan public sphere melainkan ‘mono sphere’ atau ‘solo sphere’ yang diprivatisasi sebagai ruang diskusi terbatas sesama keluarga, kerabat, teman sebaya, teman satu agama maupun teman satu etnik.
Analisis                                : Dari penelitian diatas menjelaskan bahwa media sosial WhatsApp tidak hanya digunakan untuk membahas hal-hal yang bersifat deduktif tetapi permasalahan yang bersifat umum seperti pemberitaan calon gubernur Sumatera Utara 2018. WhatsApp merupakan sarana menukar informasi-informasi bertemakan agama, etnik dan pembangunan ekonomi serta kesejahteraan baik secara personal chat maupun grup chat. Pembahasan calon gubernur Sumatera Utara di media sosial WhatsApp berpengaruh pada perubahan sikap dan perilaku pemilih pemula.


Penulis                                 :  Faizal Hamzah Lubis
Nama Jurnal                        : Jurnal Interaksi
Volume                                : Vol. 2 No. 2
Judul Penelitian                   : Opini mahasiswa kota Medan terhadap iklan politik calon Gubernur dan wakil Gubernur Sumatera Utara tahun 2018
Fokus Penelitian                  : Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara akan dilaksanakan pada tahun 2018 mendatang secara serentak seluruh Indonesia, tepatnya pada tanggal 28 Juni 2018. Selain untuk memilih gubernur, pemilihan kepala daerah secara serentak gelombang ketiga ini juga akan disertai dengan pemilihan Walikota dan Bupati di delapan kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara. Khusus terkait dengan pemilihan Gubernur Sumatera Utara dan Wakil Sumatera Utara, hingga saat ini telah banyak beredar iklan politik yang disampaikan oleh bakal calon gubernur Sumatera Utara. Iklan politik tersebut pada akhirnya telah menjadi pendapat umum di tengah-tengah masyarakat Sumatera Utara. Opini publik atau pendapat umum adalah gabungan pendapat perseorangan mengenai suatu isu yang dapat mempengaruhi orang lain, serta memungkinkan seseorang dapat mempengaruhi pendapat pendapat tersebut. 
Metodologi Penelitian         : Penelitian tentang opini mahasiswa kota medan terhadap iklan politik calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2018” menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan analisis korelasional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 1994 orang mahasiswa. Dengan menggunakan penarikan sampel sebagaimana yang disampaikan arikunto dengan mengambil 10% dari total populasi, maka sampel terpilih dalam penelitian ini sebanyak 200 orang.
Hasil Penelitian                   : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa kota Medan mengetahui akan dilaksanakannya pemilihan umum kepala daerah Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara yang akan dilaksanakan pada tahun 2018, meskipun masih terdapat mahasiswa yang tidak mengetahui dengan tepat pelaksanaan pemungutan suara dalam pilkada dimaksud.
Responden yang terpilih dalam penelitian ini merupakan mahasiswa/i yang berasal dari angkatan 2015 dan 2016. Menurut hemat peneliti, bahwa responden tersebut telah dapat dikatakan layak atau cukup cakap untuk menjawab persoalan dalam penelitian ini berhubung responden tersebut bukanlah mahasiswa semester awal.
            Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sekitar 33,00% responden pada pemilihan umum kepala daerah Sumatera Utara tahun 2018 ini menjadi pemilu/pemilukada pertama yang akan dijalani, dengan 67,00% responden lainnya sudah pernah terlibat dalam pemilu/pemilukada. Selain 33,00% responden yang menjadi pemilih pertama kali dalam pilkada 2018 ini, ternyata terdapat 75,63% dari 134 responden yang baru pertama kali terlibat dalam pemilu/pemilukada dengan artian bahwa pemilukada 2018 ini merupakan kesempatan kedua untuk turut berpartisipasi dalam pemilu maupun pilkada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 77,50% responden melihat iklan politik media luar ruang dalam bentuk spanduk dan hanya 21,00% yang melihat dalam bentuk baliho serta 1,50% dalam bentuk umbul umbul. Hal ini menunjukkan bahwa spanduk lebih efektif untuk dapat menjangkau masyarakat dalam menyampaikan pesan politik yang ingin disampaikan. Meskipun dari penelitian ini menunjukkan ada terdapat 9,00% responden yang menyatakan bahwa iklan politik media luar ruang tidak memberikan manfaat bagi siapapun.
            Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pesan politik yang disampaikan melalui media luar ruang pada intinya diterima baik oleh responden, bahkan 73,00% responden menyatakan iklan media luar ruang dapat menumbuhkan kepercayaan diri responden dalam menentukan pilihan politiknya. Selain itu terdapat 59,00% responden yang terpengaruh dan 17,00% responden sangat berpengaruh terhadap pilihan politik responden dari iklan politik media luar ruang yang disampaikan oleh pasangan calon.
Analisis                                : Dari penelitian diatas menjelaskan iklan ruang seperti spanduk dan baliho lebih diterima mahasiswa menunjukan opini terdapat media tersebut. Terdapat mahasiswa yang tidak terpengaruh terhadap iklan luar publik. Iklan luar ruang masih efektif karena dari 73% responden mahasiswa menerima dengan baik. Namun tidak semua mahasiswa yang melihat iklan publik dapat merubah pilihan terhadap salah satu calon.

Penulis                                 : Eko Harry Susanto
Nama Jurnal                        : Jurnal Aspikom
Volume                                : Vol. 3 No. 3,juli  2013
Judul Penelitian                   : Media sosial sebagai pendukung jaringan komunikasi politik
Fokus Penelitian                  : Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi semakin memudahkan interaksi antar individu maupun kelompok. Lalu lintas pesan dan pemberitaan tidak sepenuhnya dikuasai negara tetapi bebas mengalir pada khalayak. Media sosial yang memiliki kekuatan dalam penyebaran informasi menjadi pilihan untuk mempengaruhi, memotivasi, dan melakukan tindakan yang dikehendaki oleh penyebar pesan. Pada saat yang bersamaan, dominasi media massa arus utama semakin memudar. Penelitian ini bertujuan : (1) menggambarkan pengguna media sosial tanpa perbedaan sosial ekonomi dan politik, (2) menganalisis upaya media sosial dan media massa menjangkau khalayak, (3) menelaah media sosial sebagai pendukung jaringan komunikasi politik dalam demokrasi bernegara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk memberikan gambaran holistik tentang media sosial dalam kaitannya dengan jaringan komunikasi politik yang dimanfaatkan oleh individu, kelompok maupun berbagai entitas politik.  
Kekuatan dan popularitas media sosial, partai politik, institusi politik, kelompok kelompok politik, dan berbagai entitas di masyarakat yang bersentuhan dengan pemerintah dan kekuasaan negara, berupaya memanfaatkan media sosial sebagai pendukung kekuatan untuk mempengaruhi khalayak. Kelompok-kelompok politik ini menggalang opini untuk menyalahkan pihak yang tidak disukai dan secara berkesinambungan mengeksplorasi pesan dalam aroma persaingan.
Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana media sosial dengan pengguna yang beragam menjangkau khalayak yang terhubung dalam jaringan komunikasi politik. Konteks penelitian ini berfokus pada media sosial yang dimanfaatkan oleh pengguna untuk mendukung komunikasi politik, dalam meraih, mendukung serta mengkritisi figur, kelompok maupun institusi politik. Tujuan penelitian antara lain; (1) menggambarkan pengguna media sosial tanpa perbedaan sosial ekonomi dan politik, (2) menganalisis upaya media sosial dan media massa arus utama dalam menjangkau khalayak, (3) menelaah media sosial sebagai pendukung jaringan komunikasi politik dalam demokrasi bernegara
Metodologi Penelitian         : Kualitatif, berkaitan dengan upaya mengembangkan fenomena sosial yang bertujuan untuk memahami perilaku dan situasi sosial sekelilingnya, fokus pertanyaan pada mengapa orang berperilaku dan berbudaya seperti yang mereka lakukan, bagaimana pendapat dan sikap terbentuk, bagaimana orang memahami peristiwa yang ada disekitarnya, (Hancock.,et.al, 2009:7). Penelitian kualitatif menggunakan tiga sumber utama: analisis dokumen, wawancara, dan berbagai publikasi dalam bentuk teks maupun online. Sejalan dengan pendapat Potter bahwa dokumen penelitian kualitatif meliputi bahan-bahan seperti surat, memo, catatan, buku harian, artikel, buku, naskah, e-mail, diskusi online, dan sebagainya (Kim, 2016: 45). Penelitian kualitatif bersifat subjektif tergantung dari pengalaman peneliti dan yang diteliti, dalam mengeksplorasi peristiwa peristiwa selama berlangsung penelitian, atau memotongnya jika tidak sesuai dengan masalah yang diteliti (Greenhalgh and Taylor (Greenhalgh and Taylor. 1997: 2)
Penelitian ini menitikberatkan pada penelusuran dokumen maupun data online yang terkait dengan eksistensi media sosial dan jaringan komunikasi politik. Media sosial dalam konteks ini menyangkut semua jaringan untuk berkomunikasi yang memanfaatkan internet, dipilih secara purposive dan tidak terbatas pada lokasi penggunaannya, sebab diutamakan memiliki keterkaitan dengan pemakaian media sosial untuk kepentingan politik. Esensinya mencermati berbagai pustaka,
Hasil Penelitian                   : penelitian ini adalah pengguna media sosial tidak terikat oleh status sosial, ekonomi dan politik; media sosial dan media massa arus utama memiliki karakter berbeda dalam menyebarkan pesan kepada khalayak; dan media sosial merupakan pendukung jaringan komunikasi politik dalam demokrasi bernegara. dokumen cetak maupun online yang jumlahnya sangat banyak dan dipilih secara sengaja yang memiliki kaitan dengan topik penelitian.
Analisis                                : Dari penelitian di atas menjelaskan bahwa media sosial merupakan sarana berpolitik calon aktor politik tetapi media sangat kuat sehingga tidak hanya membahas politik tetapi semua pembahasan.
Penulis                                 : Junaidi,Fifit Alfiah, Elly Susanti
Nama Jurnal                        : Jurnal STMIK AMIKOM Yogyakarta
Volume                                : ISSN  2302-3805
Judul Penelitian                   : Manfaat menganalisis pengaruh sosial media facebook terhadap kampanye partai politik di Indonesia
Fokus Penelitian                  : Kampanye politik adalah satu hal lumrah yang seringkali ditemukan dalam proses pertarungan politik dalam suatu negara. Tidak bisa disangkal lagi bahwa melalui kampanye tersebut, aktor politik bisa dengan leluasa untuk mencari seluruh segmen pemilih untuk mendapatkan dukungan nantinya.
            Manusia berinteraksi dengan manusia lain telah menjadi bagian inti dari kehidupan. Interaksi antar manusia merupakan rutinitas alamiah dalam fenomena hidup. Proses interaksi turut melibatkan proses komunikasi. Saat ini ilmu dalam bidang komunikasi, informatika dan teknologi sudah berkembang sangat pesat dan banyak berbagai jenisnya dan yang sedang berkembang pesat dan terbanyak jenisnya dalam bidang komunikasi, informatika dan teknologi adalah sosial media/network social. Dan sudah hampir seluruh negara mengembangkan sosial medianya sendiri, karena pada saat ini sosial media sudah mampu terintegrasi antara sesama aplikasi sosial media maupun berbagai hal yang berhubungan dengan media internet. Karena komunikasi lebih banyak terjadi dengan menggunakan sosial media, baik untuk keperluan pribadi, bisnis, pendidikan, serta politik semuanya menggunakan media sosial media sebagai media komunikasinya.
            Media sosial facebook adalah media sosial yang paling tepat sebagai media komunikasi dalam bidang bisnis, pendidikan, sosial, maupun kepentingan politik. Karna situs facebook mampu dan mudah di pahami dengan berbagai perkembangannya hingga saat ini, situs facebook juga media sosial yang bagus sebagai media promosi kampanye dengan banyaknya jumlah pengguna dan populernya situs facebook akan sangat efektif menggunakannya sebagai sarana promosi kampanye. Dengan adanya situs facebook sebagai media promosi atau kampanye partai politik seperti pemilihan presiden, gubernur, bupati, anggota DPR dan yang lainnya akan menimbulkan berbagai kritik.           
Hasil Penelitian                   : Pada saat ini penggunaan sosial media untuk bersosialisasi dengan masyarakat melalui facebook diyakini dapat mempengaruhi perolehan suara dalam pemilu. Hingga 20 Maret 2014, seperti data yang ditunjukkan pada Tabel 1 perolehan pendukung facebook terbanyak diperoleh partai Gerindra dengan jumlah 2.201.269 (76,24%), Hanura 512.916 (17,76%), PDIP, 77.653 (2,68%).
Dari data ini dapat kita lihat bahwa posisi pertama yang sejak awal ditempati oleh GERINDRA dengan 19,67% pendukung yang dihitung dari banyaknya jumlah like yang didapat dari sekian banyaknya pengguna facebook di Indonesia yang sekarang telah lebih dari 200 juta pengguna aktif., hingga kini tetap memimpin dengan peningkatan yang sangat signifikan dengan memperoleh 2.201.269 like (76,24%) sebagai bentuk dukungannya di facebook seperti ditunjukkan pada Gambar 6. Hal ini menunjukkan bahwa peran dan pengaruh dari kepopuleran facebook sangat mampu mempengaruhi kepopuleran dan perolehan suara partai politik di sosial media facebook Berikut data parpol peserta pemilu yang aktif dalam penggunaan media sosial hingga 20 Maret 2014:




Analisis                                : Dari penelitian diatas partai Gerindra memiliki jumlah like yang tinggi dibandingkan partai lain dalam media sosial Facebook akan tetapi pada pemilihan presiden nama Prabowo kalah dari rivalnya.



















DAFTAR PUSTAKA

Damanik, Erond L  . (2018). Whatsapp dan pemilih pemula di kota Medan. Medan : jurnal Sosial media  Vol. 2No.2

Junaidi, Dkk (2015). Manfaat menganalisis pengaruh sosial media facebook terhadap kampanye partai politik di Indonesia. Yogyakarta : Jurnal STMIK AMIKOM Yogyakarta  ISSN 2302-3805

Lubis, Faisal Hamzah. (2018). Opini mahasiswa kota Medan terhadap iklan politik calon Gubernur dan wakil Gubernur Sumatera Utara tahun 2018. Medan : Jurnal Interaksi Vol. 2 No. 2

Mukmin, Budi Ali dan Muhammad Ridha Syafii Damanik. (2018). Demografi Politik Sumatera Utara : Analisis Pilihan Politik Masyarakat Berdasarkan Persebaran Penduduk, Agama dan Etnis dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2018 di Kota Medan. Medan : Jurnal Geografi Vol 10 No.2

Sembiring, Ruth Agnesia . (2018). Mantan militer dalam pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2018. Malang: Vol.4 No. 1

Susanto, Eko Harry (2017). Media sosial sebagai pendukung jaringan komunikasi politik. Jakarta: Jurnal Aspikom Vol. 3 No. 3






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resume Jurnal