Jumat, 05 April 2019

Resume Jurnal


Penulis                                 : Ruth Agnesia SembiringRounded Rectangle: Resume Jurnal
Nama Jurnal                        : Jurnal interaktif
Volume                                : Vol.4, No.1
Judul Penelitian                   : Mantan Militer Dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2018
Fokus Penelitian                  : Salah satu saluran untuk meningkatkan popularitas perwira militer adalah melalui media sosial (medsos) seperti Instagram. Instagram digunakan untuk menampilkan informasi hingga kegiatan-kegiatan yang dilakukan perwira militer yang maju dalam pemilihan kepala daerah.
            Tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumatera Utara periode 2018-2023 menggunakan Instagram (IG) sebagai saluran untuk meningkatkan popularitas. Studi ini fokus pada mantan militer yang menggunakan IG sebagai media untuk meningkatkan popularitas pada masyarakat, khususnya generasi millennial. Sebagian besar calon kepala daerah dalam unggahan di media sosial akan menampilkan kegiatan-kegiatan seperti mengunjungi anak-anak sekolah; mengunjungi anak-anak yatim piatu; menyantuni kaum difabel dan masyarakat marginal; mengunjungi korban bencana alam hingga kunjungan ke pasar-pasar tradisional. Hal tersebut berbeda dengan dua mantan militer yang bertarung dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2018, di mana pada medsos mereka terdapat banyak unggahan dengan para anggota militer. Adapun dua calon gubernur dan akun IG para calon gubernur adalah adalah sebagai berikut:
1. Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus dengan nama akun IG @djarotsaifulhidayat; Pasangan calon didukung oleh PDI-P (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dan PPP (Partai Persatuan Pembangunan).
2. Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah dengan nama akun IG @edy_rahmayadi dan @EdyRahmayadiOfficial. Pasangan calon ini didukung oleh Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera), PAN (Partai Amanat Nasional), Golkar (Golongan Karya), serta Nasdem (Nasional Demokrat), Hanura (Hari Nurani Rakyat), PPP (Partai Persatuan Pembangunan).
Metodologi Penelitian         : Studi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan Instagram (IG) sebagai media sosial (medsos) yang diamati oleh penulis karena kedua mantan militer yang maju dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara menggunakan medsos tersebut sebagai media untuk membangun popularitas.
Dalam studi ini penulis melakukan pengamatan dan pemilihan terhadap akun IG Edy Rahmayadi untuk memisahkan unggahan terkait fokus penulis, yaitu “militer” dengan unggahan-unggahan yang lain pada akun mereka yang tidak menyinggung atau menampilkan figur militer. Hal ini untuk memudahkan penulis dalam menganalisis data melalui unggahan pada IG mereka. Setelah penulis melakukan analisis data, penulis kemudian membahasnya dengan beberapa poin yang penulis jabarkan melalui beberapa sub judul pokok bahasan dan hasil kajian ini
Hasil Penelitian                   : Melalui instagram, banyak cara yang dilakukan Edy untuk meningkatkan popularitas mereka, dengan tujuan agar menarik simpati dan dukungan generasi millenial. Pada IG mereka bukan hanya menampilkan kegiatan-kegiatan seperti yang dilakukan oleh banyak calon kepala daerah, seperti mengunjungi anak-anak sekolah dan anak-anak yatim piatu dan sebagainya, namun mereka juga menunjukkan kedekatan mereka dengan militer. Penulis berangkat dari hal tersebut untuk melihat sejauh mana relevansi popularitas perwira militer dengan aspek kepemimpinan. Penulis menemukan bahwa Edy berusaha menunjukkan karakter pemimpin yang tegas, disiplin dan cepat tanggap ala militer pada generasi millenial untuk mendapatkan simpati. Edy menunjukkan “sepak terjangnya” ketika menjadi seorang perwira militer dan memimpin anggotanya. Bagi penulis hal tersebut dapat menjadi modal untuk memenangkan pemilihan gubernur, mengingat bahwa setiap perwira militer akan berusaha mengintervensi kebijakan pemerintah terkait kesejahteraan prajurit militer dan tentunya hal tersebut akan membekas pada hati keluarga prajurit.
Analisis                                : Dari Penelitian yang dilakukan, bahwa calon gubernur Edy memanfaat media sosial sebagai sarana pendekatan diri kepada generasi millenial. Edy lebih aktif mengunggah foto dan menulis caption atau membuat hastag yang menggambarkan Sumatera Utara kedepannya saat dipimpin Edy. Berbeda dengan Djarot Saiful yang tidak terlalu aktif menggunakan Instagram untuk mengambil simpati generasi milenial dan calon pemilih pemula.
Penulis                                 : Budi Ali Mukmin dan Muhammad Ridha Syafii Damanik
Nama Jurnal                        : Jurnal Geografi
Volume                                : Vol 10 No.2
Judul Penelitian                   : Demografi Politik Sumatera Utara : Analisis Pilihan Politik Masyarakat Berdasarkan Persebaran Penduduk, Agama dan Etnis dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2018 di Kota Medan
Fokus Penelitian                  : memberikan sinyalemen bahwa pola persebaran penduduk yang berdomisili pada masing-masing Kecamatan di Kota Medan tidak bisa dianggap sebagai pola domisili biasa. Jika ditelisik lebih jauh pola pemukiman penduduk di Kota Medan ternyata telah membentuk pola pemukiman yang dihuni berdasarkan kesamaan agama, kesamaan etnis, dan kesamaan asal daerah pada masing-masing Kecamatan. Hal ini tampaknya berimplikasi terhadap pilihan-pilihan politik yang diambil oleh penduduk di Kota Medan dalam pilkada gubernur Sumatera Utara dimana isu agama, isu etnisitas dan isu-isu kedaerahan ‘putra daerah’ menjadi vote getter untuk meraih tampuk kekuasaan.
Karakter dari berbagai etnis yang memiliki keahlian tertentu ternyata mempengaruhi pola pemukiman penduduk. Daerah-daerah pusat perkotaan sebagai pusat perdagangan cenderung didominasi dari dua etnis, yakni etnis Tionghoa dan etnis Minangkabau. Gedung-gedung pertokoan yang sekaligus dijadikan sebagai tempat tinggal adalah karakter khas dari pelaku ekonomi etnis Tionghoa. Di lain pihak etnis Minangkabau terkonsentrasi di pusat kota Medan yang berprofesi sebagai pedagang kelas menengah kebawah, sebagai penjual pakaian, membuka rumah makan khas Minang ataupun berprofesi sebagai pemotong rambut.
Daerah Medan Denai yang menjadi pusat perkantoran maupun pusat pemerintahan banyak dihuni oleh etnis Batak Tapanuli. Aktivitas perdagangan sebenarnya juga dilakukan oleh etnis Batak ini, akan tetapi perdagangannya berbeda dengan apa yang dilakukan oleh etnis Minang ataupun etnis Tionghoa. Kegiatan perdagangan yang sering dilakukan oleh etnis Batak ini adalah berjualan buah-buahan ataupun berjualan sayur-mayur di pusat perbelanjaan
Metodologi Penelitian         : Demografi
Hasil Penelitian                   :












Demografi Politik di Sumatera Utara pasca pilkada Gubernur Sumatera Utara pada tahun 2018 setidaknya memberikan gambaran bagaimana potensi untuk melihat kontestasi politik tahun kedepannya. Perhelatan politik akbar seperti pemilu serentak baik pemilu Presiden, DPR RI, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota tahun 2019 untuk wilayah Sumatera Utara harus benar-benar mempertimbangkan banyak hal yang harus diketahui seperti bagaimana menetapkan isu-isu yang tepat jika dilihat pada tingkat usia penduduk di Kota Medan, menetapkan paket kebijakan apa yang cocok dikampanyekan jika dilihat dari tingkat pendidikan dan pertumbuhan ekonomi penduduk di Kota Medan dan menetapkan tema kampanye seperti apa yang tepat untuk menarik para pemilih jika dilihat dari segi gender. Namun beberapa hal di atas bisa saja tidak berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan ketika para masing. masing para kandidat yang berkontestasi abai terhadap tiga isu utama yakni isu bagaimana mengemas isu agama yang relevan, bagaimana pengelolaan isu-isu identitas etnis, dan isu kedaerahan yang berkaitan tentang akomodasi kepentingan-kepentingan daerah.
Analisis                                :  Penelitian yang dilakukan di atas, isu putra daerah. etnis dan agama masih menjadi hal-hal yang diperhatikan oleh masyarakat daerah kota Medan. Dari 21 Kecamatan di Kota Medan pasangan Djarot-Sihar hanya unggul di 3 kecamatan.
Penulis                                 : Erond L. Damanik
Nama Jurnal                        : The Journal of Society & Media
Volume                                : Vol. 2(2)
Judul Penelitian                   :Whatsapp dan pemilih pemula di kota Medan (partisipasi politik era demokrasi digital pada pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2018
Fokus Penelitian                  : Pemilih pemula didefinisikan sebagai anggota masyarakat yang memiliki hak pilih, berusia 17-21 tahun atau sudah/pernah menikah serta terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap. Guna mendekati permasalahan penelitian, kajian ini menggunakan teori public sphere dan contagion. Public sphere adalah ruang digital tempat diskusi kritis, rasional dan objektif yang ditularkan kepada orang lain. Masalah dalam kajian ini difokuskan pada bagaimanakah partisipasi politik pemilih pemula yang menggunakan WhatsApp di kota Medan pada pemilihan gubernur Sumatera Utara 2018?. Apakah media sosial WhatsApp dapat dianggap sebagai public sphere pada era digital?.
Metodologi Penelitian         : Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yaitu penelitian yang memungkinkan eksplorasi terhadap entitas dan fenomena tunggal yang terikat waktu dan aktifitas (program, even, proses, kelembagaan dan kelompok sosial) dan mengumpulkan detail informasi yang digunakan untuk pengumpulan data selama periode jangka waktu tertentu (Creswell, 1994). Informan penelitian adalah pemilih pemula terutama pelajar dan mahasiswa berusia 17-21 tahun, memiliki WhatsApp serta terdaftar sebagai DPT di kota Medan. Informan ditetapkan secara random sampling sebanyak 50 orang. Sebanyak 25 orang berasal dari perguruan tinggi swasta dan negeri, sedangkan sisanya adalah pelajar kelas III SMA negeri dan swasta di kota Medan. Alat pengumpul data penelitian adalah kuesioner yang memuat 25 pertanyaan disertai 4 opsi jawaban. Pokok utama pertanyaan adalah menyangkut diskusi-diskusi WhatsApp, anggota grup WhatsApp, tema politik yang dibicarakan, keputusan politik, orientasi dan patron politik serta tindakan politik untuk menentukan pilihan pada pemilihan gubernur Sumatera Utara tahun 2018. Kuesioner didistribusikan kepada 50 informan pada minggu pertama Agustus 2018. Disamping itu, dilakukan wawancara mendalam terhadap setiap informan. Wawancara mendalam dilakukan pasca data-data kuesioner diproses melalui editing, coding dan pembersihan data. Setiap kategori informan (mahasiswa dan pelajar) ditetapkan masing-masing 3 informan untuk diwawancarai secara mendalam. Keenam informan ini adalah informan yang memiliki rata-rata jawaban tertinggi melalui kuesioner. Wawancara mendalam terhadap 6 informan dilakukan pada minggu kedua Agustus 2018. Melalui kuesioner dan wawancara, dilakukan analisis mendalam secara deskriptif maupun statistik sederhana guna menampilkan data dalam bentuk tabel atau grafik tanpa menggeneralisasi kesimpulan akhir. Penelitian difokuskan pada dua hal, (1) bagaimanakah partisipasi politik pemilih pemula yang menggunakan WhatsApp di kota Medan pada pemilihan gubernur Sumatera Utara 2018?, dan (2) apakah media sosial WhatsApp dapat dianggap sebagai public sphere pada era demokrasi digital dewasa ini?.
Hasil Penelitian                   : Menunjukkan partisipasi politik pemilih pemula pengguna WhatsApp mengalami peningkatan signifikan tetapi pemahaman demokrasi terkooptasi pada politik aliran. Demokrasi digital dikebiri politik aliran karena situasi sosial, lingkungan keluarga, kerabat dan teman sebaya, pengaruh mimbar dan simbol spiritual agama maupun paguyuban etnik. Kemudian, media sosial WhatsApp bukan public sphere melainkan ‘mono sphere’ atau ‘solo sphere’ yang diprivatisasi sebagai ruang diskusi terbatas sesama keluarga, kerabat, teman sebaya, teman satu agama maupun teman satu etnik.
Analisis                                : Dari penelitian diatas menjelaskan bahwa media sosial WhatsApp tidak hanya digunakan untuk membahas hal-hal yang bersifat deduktif tetapi permasalahan yang bersifat umum seperti pemberitaan calon gubernur Sumatera Utara 2018. WhatsApp merupakan sarana menukar informasi-informasi bertemakan agama, etnik dan pembangunan ekonomi serta kesejahteraan baik secara personal chat maupun grup chat. Pembahasan calon gubernur Sumatera Utara di media sosial WhatsApp berpengaruh pada perubahan sikap dan perilaku pemilih pemula.


Penulis                                 :  Faizal Hamzah Lubis
Nama Jurnal                        : Jurnal Interaksi
Volume                                : Vol. 2 No. 2
Judul Penelitian                   : Opini mahasiswa kota Medan terhadap iklan politik calon Gubernur dan wakil Gubernur Sumatera Utara tahun 2018
Fokus Penelitian                  : Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara akan dilaksanakan pada tahun 2018 mendatang secara serentak seluruh Indonesia, tepatnya pada tanggal 28 Juni 2018. Selain untuk memilih gubernur, pemilihan kepala daerah secara serentak gelombang ketiga ini juga akan disertai dengan pemilihan Walikota dan Bupati di delapan kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara. Khusus terkait dengan pemilihan Gubernur Sumatera Utara dan Wakil Sumatera Utara, hingga saat ini telah banyak beredar iklan politik yang disampaikan oleh bakal calon gubernur Sumatera Utara. Iklan politik tersebut pada akhirnya telah menjadi pendapat umum di tengah-tengah masyarakat Sumatera Utara. Opini publik atau pendapat umum adalah gabungan pendapat perseorangan mengenai suatu isu yang dapat mempengaruhi orang lain, serta memungkinkan seseorang dapat mempengaruhi pendapat pendapat tersebut. 
Metodologi Penelitian         : Penelitian tentang opini mahasiswa kota medan terhadap iklan politik calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2018” menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan analisis korelasional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 1994 orang mahasiswa. Dengan menggunakan penarikan sampel sebagaimana yang disampaikan arikunto dengan mengambil 10% dari total populasi, maka sampel terpilih dalam penelitian ini sebanyak 200 orang.
Hasil Penelitian                   : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa kota Medan mengetahui akan dilaksanakannya pemilihan umum kepala daerah Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara yang akan dilaksanakan pada tahun 2018, meskipun masih terdapat mahasiswa yang tidak mengetahui dengan tepat pelaksanaan pemungutan suara dalam pilkada dimaksud.
Responden yang terpilih dalam penelitian ini merupakan mahasiswa/i yang berasal dari angkatan 2015 dan 2016. Menurut hemat peneliti, bahwa responden tersebut telah dapat dikatakan layak atau cukup cakap untuk menjawab persoalan dalam penelitian ini berhubung responden tersebut bukanlah mahasiswa semester awal.
            Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sekitar 33,00% responden pada pemilihan umum kepala daerah Sumatera Utara tahun 2018 ini menjadi pemilu/pemilukada pertama yang akan dijalani, dengan 67,00% responden lainnya sudah pernah terlibat dalam pemilu/pemilukada. Selain 33,00% responden yang menjadi pemilih pertama kali dalam pilkada 2018 ini, ternyata terdapat 75,63% dari 134 responden yang baru pertama kali terlibat dalam pemilu/pemilukada dengan artian bahwa pemilukada 2018 ini merupakan kesempatan kedua untuk turut berpartisipasi dalam pemilu maupun pilkada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 77,50% responden melihat iklan politik media luar ruang dalam bentuk spanduk dan hanya 21,00% yang melihat dalam bentuk baliho serta 1,50% dalam bentuk umbul umbul. Hal ini menunjukkan bahwa spanduk lebih efektif untuk dapat menjangkau masyarakat dalam menyampaikan pesan politik yang ingin disampaikan. Meskipun dari penelitian ini menunjukkan ada terdapat 9,00% responden yang menyatakan bahwa iklan politik media luar ruang tidak memberikan manfaat bagi siapapun.
            Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pesan politik yang disampaikan melalui media luar ruang pada intinya diterima baik oleh responden, bahkan 73,00% responden menyatakan iklan media luar ruang dapat menumbuhkan kepercayaan diri responden dalam menentukan pilihan politiknya. Selain itu terdapat 59,00% responden yang terpengaruh dan 17,00% responden sangat berpengaruh terhadap pilihan politik responden dari iklan politik media luar ruang yang disampaikan oleh pasangan calon.
Analisis                                : Dari penelitian diatas menjelaskan iklan ruang seperti spanduk dan baliho lebih diterima mahasiswa menunjukan opini terdapat media tersebut. Terdapat mahasiswa yang tidak terpengaruh terhadap iklan luar publik. Iklan luar ruang masih efektif karena dari 73% responden mahasiswa menerima dengan baik. Namun tidak semua mahasiswa yang melihat iklan publik dapat merubah pilihan terhadap salah satu calon.

Penulis                                 : Eko Harry Susanto
Nama Jurnal                        : Jurnal Aspikom
Volume                                : Vol. 3 No. 3,juli  2013
Judul Penelitian                   : Media sosial sebagai pendukung jaringan komunikasi politik
Fokus Penelitian                  : Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi semakin memudahkan interaksi antar individu maupun kelompok. Lalu lintas pesan dan pemberitaan tidak sepenuhnya dikuasai negara tetapi bebas mengalir pada khalayak. Media sosial yang memiliki kekuatan dalam penyebaran informasi menjadi pilihan untuk mempengaruhi, memotivasi, dan melakukan tindakan yang dikehendaki oleh penyebar pesan. Pada saat yang bersamaan, dominasi media massa arus utama semakin memudar. Penelitian ini bertujuan : (1) menggambarkan pengguna media sosial tanpa perbedaan sosial ekonomi dan politik, (2) menganalisis upaya media sosial dan media massa menjangkau khalayak, (3) menelaah media sosial sebagai pendukung jaringan komunikasi politik dalam demokrasi bernegara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk memberikan gambaran holistik tentang media sosial dalam kaitannya dengan jaringan komunikasi politik yang dimanfaatkan oleh individu, kelompok maupun berbagai entitas politik.  
Kekuatan dan popularitas media sosial, partai politik, institusi politik, kelompok kelompok politik, dan berbagai entitas di masyarakat yang bersentuhan dengan pemerintah dan kekuasaan negara, berupaya memanfaatkan media sosial sebagai pendukung kekuatan untuk mempengaruhi khalayak. Kelompok-kelompok politik ini menggalang opini untuk menyalahkan pihak yang tidak disukai dan secara berkesinambungan mengeksplorasi pesan dalam aroma persaingan.
Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana media sosial dengan pengguna yang beragam menjangkau khalayak yang terhubung dalam jaringan komunikasi politik. Konteks penelitian ini berfokus pada media sosial yang dimanfaatkan oleh pengguna untuk mendukung komunikasi politik, dalam meraih, mendukung serta mengkritisi figur, kelompok maupun institusi politik. Tujuan penelitian antara lain; (1) menggambarkan pengguna media sosial tanpa perbedaan sosial ekonomi dan politik, (2) menganalisis upaya media sosial dan media massa arus utama dalam menjangkau khalayak, (3) menelaah media sosial sebagai pendukung jaringan komunikasi politik dalam demokrasi bernegara
Metodologi Penelitian         : Kualitatif, berkaitan dengan upaya mengembangkan fenomena sosial yang bertujuan untuk memahami perilaku dan situasi sosial sekelilingnya, fokus pertanyaan pada mengapa orang berperilaku dan berbudaya seperti yang mereka lakukan, bagaimana pendapat dan sikap terbentuk, bagaimana orang memahami peristiwa yang ada disekitarnya, (Hancock.,et.al, 2009:7). Penelitian kualitatif menggunakan tiga sumber utama: analisis dokumen, wawancara, dan berbagai publikasi dalam bentuk teks maupun online. Sejalan dengan pendapat Potter bahwa dokumen penelitian kualitatif meliputi bahan-bahan seperti surat, memo, catatan, buku harian, artikel, buku, naskah, e-mail, diskusi online, dan sebagainya (Kim, 2016: 45). Penelitian kualitatif bersifat subjektif tergantung dari pengalaman peneliti dan yang diteliti, dalam mengeksplorasi peristiwa peristiwa selama berlangsung penelitian, atau memotongnya jika tidak sesuai dengan masalah yang diteliti (Greenhalgh and Taylor (Greenhalgh and Taylor. 1997: 2)
Penelitian ini menitikberatkan pada penelusuran dokumen maupun data online yang terkait dengan eksistensi media sosial dan jaringan komunikasi politik. Media sosial dalam konteks ini menyangkut semua jaringan untuk berkomunikasi yang memanfaatkan internet, dipilih secara purposive dan tidak terbatas pada lokasi penggunaannya, sebab diutamakan memiliki keterkaitan dengan pemakaian media sosial untuk kepentingan politik. Esensinya mencermati berbagai pustaka,
Hasil Penelitian                   : penelitian ini adalah pengguna media sosial tidak terikat oleh status sosial, ekonomi dan politik; media sosial dan media massa arus utama memiliki karakter berbeda dalam menyebarkan pesan kepada khalayak; dan media sosial merupakan pendukung jaringan komunikasi politik dalam demokrasi bernegara. dokumen cetak maupun online yang jumlahnya sangat banyak dan dipilih secara sengaja yang memiliki kaitan dengan topik penelitian.
Analisis                                : Dari penelitian di atas menjelaskan bahwa media sosial merupakan sarana berpolitik calon aktor politik tetapi media sangat kuat sehingga tidak hanya membahas politik tetapi semua pembahasan.
Penulis                                 : Junaidi,Fifit Alfiah, Elly Susanti
Nama Jurnal                        : Jurnal STMIK AMIKOM Yogyakarta
Volume                                : ISSN  2302-3805
Judul Penelitian                   : Manfaat menganalisis pengaruh sosial media facebook terhadap kampanye partai politik di Indonesia
Fokus Penelitian                  : Kampanye politik adalah satu hal lumrah yang seringkali ditemukan dalam proses pertarungan politik dalam suatu negara. Tidak bisa disangkal lagi bahwa melalui kampanye tersebut, aktor politik bisa dengan leluasa untuk mencari seluruh segmen pemilih untuk mendapatkan dukungan nantinya.
            Manusia berinteraksi dengan manusia lain telah menjadi bagian inti dari kehidupan. Interaksi antar manusia merupakan rutinitas alamiah dalam fenomena hidup. Proses interaksi turut melibatkan proses komunikasi. Saat ini ilmu dalam bidang komunikasi, informatika dan teknologi sudah berkembang sangat pesat dan banyak berbagai jenisnya dan yang sedang berkembang pesat dan terbanyak jenisnya dalam bidang komunikasi, informatika dan teknologi adalah sosial media/network social. Dan sudah hampir seluruh negara mengembangkan sosial medianya sendiri, karena pada saat ini sosial media sudah mampu terintegrasi antara sesama aplikasi sosial media maupun berbagai hal yang berhubungan dengan media internet. Karena komunikasi lebih banyak terjadi dengan menggunakan sosial media, baik untuk keperluan pribadi, bisnis, pendidikan, serta politik semuanya menggunakan media sosial media sebagai media komunikasinya.
            Media sosial facebook adalah media sosial yang paling tepat sebagai media komunikasi dalam bidang bisnis, pendidikan, sosial, maupun kepentingan politik. Karna situs facebook mampu dan mudah di pahami dengan berbagai perkembangannya hingga saat ini, situs facebook juga media sosial yang bagus sebagai media promosi kampanye dengan banyaknya jumlah pengguna dan populernya situs facebook akan sangat efektif menggunakannya sebagai sarana promosi kampanye. Dengan adanya situs facebook sebagai media promosi atau kampanye partai politik seperti pemilihan presiden, gubernur, bupati, anggota DPR dan yang lainnya akan menimbulkan berbagai kritik.           
Hasil Penelitian                   : Pada saat ini penggunaan sosial media untuk bersosialisasi dengan masyarakat melalui facebook diyakini dapat mempengaruhi perolehan suara dalam pemilu. Hingga 20 Maret 2014, seperti data yang ditunjukkan pada Tabel 1 perolehan pendukung facebook terbanyak diperoleh partai Gerindra dengan jumlah 2.201.269 (76,24%), Hanura 512.916 (17,76%), PDIP, 77.653 (2,68%).
Dari data ini dapat kita lihat bahwa posisi pertama yang sejak awal ditempati oleh GERINDRA dengan 19,67% pendukung yang dihitung dari banyaknya jumlah like yang didapat dari sekian banyaknya pengguna facebook di Indonesia yang sekarang telah lebih dari 200 juta pengguna aktif., hingga kini tetap memimpin dengan peningkatan yang sangat signifikan dengan memperoleh 2.201.269 like (76,24%) sebagai bentuk dukungannya di facebook seperti ditunjukkan pada Gambar 6. Hal ini menunjukkan bahwa peran dan pengaruh dari kepopuleran facebook sangat mampu mempengaruhi kepopuleran dan perolehan suara partai politik di sosial media facebook Berikut data parpol peserta pemilu yang aktif dalam penggunaan media sosial hingga 20 Maret 2014:




Analisis                                : Dari penelitian diatas partai Gerindra memiliki jumlah like yang tinggi dibandingkan partai lain dalam media sosial Facebook akan tetapi pada pemilihan presiden nama Prabowo kalah dari rivalnya.



















DAFTAR PUSTAKA

Damanik, Erond L  . (2018). Whatsapp dan pemilih pemula di kota Medan. Medan : jurnal Sosial media  Vol. 2No.2

Junaidi, Dkk (2015). Manfaat menganalisis pengaruh sosial media facebook terhadap kampanye partai politik di Indonesia. Yogyakarta : Jurnal STMIK AMIKOM Yogyakarta  ISSN 2302-3805

Lubis, Faisal Hamzah. (2018). Opini mahasiswa kota Medan terhadap iklan politik calon Gubernur dan wakil Gubernur Sumatera Utara tahun 2018. Medan : Jurnal Interaksi Vol. 2 No. 2

Mukmin, Budi Ali dan Muhammad Ridha Syafii Damanik. (2018). Demografi Politik Sumatera Utara : Analisis Pilihan Politik Masyarakat Berdasarkan Persebaran Penduduk, Agama dan Etnis dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2018 di Kota Medan. Medan : Jurnal Geografi Vol 10 No.2

Sembiring, Ruth Agnesia . (2018). Mantan militer dalam pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2018. Malang: Vol.4 No. 1

Susanto, Eko Harry (2017). Media sosial sebagai pendukung jaringan komunikasi politik. Jakarta: Jurnal Aspikom Vol. 3 No. 3






KONVERGENSI MEDIA SURAT KABAR LOKAL METRO TABAGSEL

KONVERGENSI MEDIA SURAT KABAR LOKAL METRO TABAGSEL

Oleh :

Listiyana Syafitri Daulay
NPM :1720040003
                                      
                              



Program Studi Magister Ilmu Komunikasi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2018



Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A.    Latar Belakang....................................................................................... 1
B.    Rumusan Masalah.................................................................................. 4
C.    Tujuan Makalah...................................................................................... 4
Bab II Pembahasan
A.    Surat Kabar............................................................................................. 5
B.    Konvergensi Media................................................................................ 5
C.    Ekonomi Politik Media.......................................................................... 8
D.    Kajian Relevan....................................................................................... 9
E.     Contoh Kasus.......................................................................................... 10
BAB III Penutup
A.    Kesimpulan............................................................................................. 14















BAB I
Pendahuluan
  1. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan teknologi komunikasi berkembang pesat dan memudahkan masyarakat dalam menyampaikan pesan dengan menggunakan tangan. Determinan teknologi digital dan internet merupakan salah satu hal penting dalam memunculkan perangkat multimedia, seperti misalnya media cetak yang saat ini memiliki beberapa medium seperti versi digital (online) dan Media Sosial. Beberapa surat kabar ternama Indonesia kini memiliki dua bahkan lebih medium untuk memberitakan informasi. Di beberapa media lokal sendiri hanya memiliki dua versi penyebaran berita yaitu melalui surat kabar resmi dan melalui website.
Surat kabar lokal yang memiliki dua versi penyebaran berita salah satunya Metro Tabagsel yaitu surat kabar lokal yang menjadi sumber berita daerah Padangsidimpuan dan sekitar Tapanuli Bagian Selatan. Surat kabar lokal tidak bisa dipandang sebelah mata karena penduduk dan pembaca berita di daerah tidak sedikit. Dari pengamatan yang dilakukan sebelumnya masyarakat dengan usia dewasa di kota Padangsidimpuan umumnya menyukai membaca surat kabar lokal.
Pemilihan platform tersebut sebagai informasi akurat dan aktual yang dapat diperoleh masyarakat sekitar Tapanuli Selatan. Kebutuhan terhadap interaktivitas komunikasi yang memungkinkan orang untuk berbagi sesuatu tanpa karakteristik delay inilah yang menjadi titik lemah teknologi konvensional dan sebaliknya menjadi salah satu dasar berkembangnya tren konvergensi. Konvergensi media membuat khalayak memiliki lebih banyak pilihan media dengan konten yang semakin beragam pula (Grant dan Wilkinson, 2009).
Pembahasan mengenai surat kabar merupakan hal yang menarik karena berkaitan dengan perkembangan teknologi analog menjadi digital. Berbagai bentuk media baru menjadi alternatif masyarakat untuk mendapatkan informasi. Fenomena terkini dari perkembangan media yaitu teknologi media yang memungkinkan terjadinya konvergensi teknologi media, telekomunikasi dan komputer (Straubhaar, 2009).
 








Gambar 1.1 APJII, 2018
Masyarakat urban sudah biasa dengan adanya perkembangan teknologi, dengan mudah dapat mengakses berita melalui media online seperti website resmi surat kabar tersebut. Bagi masyarakat rural tidak semuanya gagap teknologi banyak yang telah mengakses informasi melalui internet. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia berdasarkan karakter Kota/Kabupaten terlihat Rural-Urban 49,49% pengguna internet (APJII, 2018). Kota Padangsidimpuan Rural-Urban terlihat dari infrastruktur daerah.
Perusahaan media nasional sejak tahun 1999 mulai melakukan konvergensi, sebagai konsekuensi untuk tumbuh dan berkembang seperti Kompas (Harian, Kompas TV, Kompas.com), Tempo Media (Majalah, Harian, tempo.co, Tempo TV), Republika (Harian, Republika.co.id), Media Indonesia (Harian, Metro TV, Metrotv.com) dan Seputar Indonesia (Harian, Sindo.com, RCTI). Kompas melakukan konvergensi media sejak 2010, dengan menggelar “Gathering Kompas Konvergensi Multimedia” (Kompas.com, 2010). Media nasional melakukan konvergensi karena pasar menuntut efisiensi.
World Association of Newspapers and News Publishers (WANIFRA) dalam Kongres di Bali pada tahun 2012 menyatakan pertumbuhan industri surat kabar di Asia masih menjanjikan. Presiden WAN-IFRA Jacob Mathew dalam pembukaan Publish Asia 2012 di Bali mengatakan koran dianggap masih menjadi andalan bagi pelaku usaha media Asia. Keberadaan koran cetak masih sangat dibutuhkan di kawasan Asia. Tiga perempat dari 100 surat kabar terbesar di dunia terbit di Asia. Surat kabar menjadi sumber informasi primer. Meski demikian, Jacob mengingatkan bahwa tantangan yang dihadapi surat kabar di negara Barat juga akan dialami surat kabar di Asia, terutama pesatnya perkembangan media online. Beberapa negara Asia saat ini juga menjadi pusat pertumbuhan era digital dan teknologi (Kompas.com, 2012).
Di Amerika Serikat, lonceng kematian media cetak mulai terjadi karena tidak mampu melawan perubahan atas berkembangnya teknologi informasi yakni media online. Contoh nyata adalah Newsweek. Majalah paling populer yang berumur 85 tahun berhenti cetak pada akhir 2012 dan kemudian berganti wajah menjadi media digital per Januari 2013. Sebelumnya pada 2009, The Rocky Mountain News memutuskan mengakhiri edisi cetak dan meninggalkan 117.600 pembacanya. The Seattle Post Intelligence yang sudah berusia 146 tahun juga bernasib sama. Revolusi teknologi informasi, seperti perkembangan internet juga mengganggu “kesehatan” koran besar di AS. The Washington Post yang sering menjadi kiblat koran dunia yang terpaksa harus memangkas sejumlah biaya dengan menutup sejumlah biro dan mengurangi jumlah karyawan mereka. (Kompas.com, 2012).
Tidak hanya terjadi di luar negeri pemangkasan karyawan dan biro surat kabar dunia terjadi di Indonesia bahkan salah satu media lokal di Sumatera Utara. Media lokal perlu memperhatikan tantangan dalam menerapkan konvergensi. Merujuk pada hasil penelitian Meilitasari (2009), penerapan konvergensi di Indonesia belum dilakukan secara menyeluruh, terutama dalam aspek pengumpulan berita karena kemampuan jurnalis yang terkonvergensi maupun karena manajemen redaksional yang ada dan belum memadai.
            Fokus utamanya adalah pada pengadopsian konvergensi media dalam mengembangkan industri surat kabar lokal dan mendeskripsikan ekonomi politik media yang digunakan Surat Kabar Metro Tabagsel dalam membangun industri medianya. Seperti yang telah dijelaskan sebelum Metro Tabagsel merupakan surat kabar lokal di Padangsidimpuan dan sekitar yang merupakan sumber informasi masyarakat.
  1. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana konvergensi media surat kabar lokal Metro Tabagsel?
  1. Tujuan Makalah
Tujuan utama dari makalah ini adalah untuk mengetahui konvergensi media surat kabar lokal Metro Tabagsel dalam membangun pasar media cetak lokal serta ekonomi politik media dalam penerapan konvergensi media yang digunakan.












BAB II
Pembahasan
  1. Surat Kabar
Menurut Onong Uchjana Effendy surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca (Effendy,1993:241). Secara lebih luas, surat kabar merupakan bagian dari pers.
Menurut Harimurti (1984; 95) pers adalah media massa yang merupakan media cetak, merupakan terbitan yang memuat berita, risalah karya, iklan dan lain-lain. Secara harfiah pers berarti cetak dan secara tercetak atau publikasi secara dicetak atau printed publications. (Effendy, 2001; 145).
Berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers disebutkan bahwa Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
  1. Konvergensi Media
Kunci dari konvergensi adalah digitalisasi, karena seluruh bentuk informasi maupun data diubah dari format analog ke formal digital sehingga dikirim ke dalam satuan bit (binary digit). Karena informasi yang dikirim merupakan format digital, konvergensi mengarah pada penciptaan produk-produk yang aplikatif yang mampu  melakukan fungsi audio visual sekaligus komputasi. Maka jangan heran jika sekarang ini komputer dapat difungsikan sebagai pesawat televisi, atau telepon genggam dapat menerima suara, tulisan, data maupun gambar tiga dimensi (3G). Dalam dunia penyiaran digitalisasi memungkinkan siaran televisi memiliki layanan program seperti layaknya internet. Cukup dengan satu perangkat, seseorang sudah dapat mengakses surat kabar, menikmati hiburan televisi, mendengar radio, mencari informasi sesuai selera dan bahkan menelpon sekalipun. (Pohan, 2016 :107)
Konvergensi media merupakan salah satu perkembangan media massa yang melibatkan banyak faktor teknologi di dalamnya. Kehadiran internet mendorong media massa menerapkan konsep konvergensi media seperti media online, e-paper, e-books, radio streaming, media sosial, yang digabungkan dengan media lainnya. Terry Flew dalam An Introduction to New Media menyatakan konvergensi media merupakan hasil dari irisan tiga unsur new media yaitu jaringan komunikasi, teknologi informasi, dan konten media. Konvergensi media mengusung pada konsep penyatuan berbagai layanan informasi dalam satu piranti informasi membuat satu gebrakan digitalisasi yang tidak bisa dibendung lagi arus informasinya. Konvergensi menyebabkan perubahan radikal dalam penanganan, penyediaan, distribusi dan pemrosesan seluruh bentuk informasi baik visual, audio, data dan sebagainya (Preston, 2001).
Menurut Fiddler (2003: 29) terjadinya konvergensi media juga didukung oleh berbagai hal seperti kekuatan-kekuatan ekonomi, politik, dan sosial yang memainkan peran besar dalam penciptaan teknologi-teknologi baru; berbagai penemuan dan inovasi tidak diadopsi secara luas lantaran keterbatasan teknologi itu sendiri; dan adanya kesempatan dan alasan ekonomi, sosial, dan politik yang mendorong perkembangan teknologi baru.
Konvergensi industri media dan teknologi digital mengarah pada bentuk-bentuk yang dikenal sebagai komunikasi multimedia. Multimedia atau dikenal juga sebagai media campuran, pada umumnya didefinisikan sebagai medium yang mengintegrasikan dua bentuk komunikasi atau lebih (Fiddler, 2003:39). Fiddler (2003) menyatakan kehadiran konvergensi media sebagai salah satu bentuk mediamorfosis yaitu suatu transformasi media komunikasi yang biasanya ditimbulkan akibat hubungan timbal balik yang rumit antara berbagai kebutuhan yang dirasakan, tekanan persaingan dan politik, serta berbagai inovasi sosial dan teknologi.
Transformasi media cetak ke arah konvergensi dapat mengadopsi jenis konvergensi yang dikemukakan oleh Grant (2009:33). Konvergensi jurnalistik mensyaratkan perubahan cara berpikir media tentang berita dan peliputannya. Bagaimana media memproduksi berita dan bagaimana media menyampaikan berita kepada khalayaknya. Namun, praktik konvergensi saat ini masih sebatas pada cara menyampaikan berita melalui platform yang berbeda yaitu media cetak, penyiaran, dan online.
Gambar 2.1 Kontinum Konvergensi
Dari gambar di atas memperlihatkan bahwa model kontinum konvergensi memiliki lima tahapan dalam prosesnya yaitu:
1)     Cross-promotion, berarti kerja sama di antara dua media untuk saling memberikan ruang untuk memperkenalkan konten media satu sama lain.
2)     Cloning, yaitu ketika konten media diperbanyak untuk dimuat di media lainnya.Artinya, satu media menampilkan konten berita dari ruang berita media lain apa adanya tanpa perubahan.
3)     Coopetition yaitu tahap ketika entitas media yang terkonvergensi saling bekerja sama dan berkompetisi di saat yang bersamaan.
4)     Content Sharing yang memungkinkan kedua media yang berlainan saling berbagi konten dalam bentuk pengemasan ulang (repackaged) atau bahkan termasuk berbagi budgeting. Konvergensi media dalam tahap ini sebagian besar dilakukan oleh media yang berada di bawah satu kepemilikan.
5)     Full Convergence, yaitu ketika media yang berbeda bekerja sama secara penuh, baik dalam hal pengumpulan, produksi, dan distribusi konten, dan bertujuan untuk memaksimalkan keunikan karakteristik masing-masing media untuk menyampaikan konten. Dalam tahap full convergence, media yang bekerja sama menghasilkan konten dan topik secara kolaboratif dengan memanfaatkan kekuatan platform media masing-masing. Tahap full convergence ini jarang ditemui penerapannya di berbagai grup media.
Vincent Mosco menawarkan tiga konsep penting untuk mendekati ekonomi politik media yaitu, komodifikasi (commodification), Spasialisasi (spatialization) dan Strukturasi (structuration) (Mosco, 1996:139). Komodifikasi berhubungan dengan bagaimana proses transformasi barang dan jasa beserta nilai gunanya menjadi suatu komoditas yang mempunyai nilai tukar di pasar. Kemudian, Spasialisasi berkaitan dengan sejauh mana media mampu menyajikan produknya di depan pembaca dalam batasan ruang dan waktu. Pada aras ini maka struktur kelembagaan media menentukan perannya di dalam memenuhi jaringan dan kecepatan penyampaian produk media di hadapan khalayak. Terakhir, strukturasi berkaitan dengan relasi ide antar agen masyarakat, proses sosial dan praktik sosial dalam analisis struktur.
  1. Ekonomi Politik Media
Penerapan teori-teori, konsep-konsep dan prinsip prinsip ekonomi untuk mengkaji sisi ekonomi makro maupun mikro dari industri-industri dan perusahaan-perusahaan media. Seiring dengan meningkatnya konsolidasi dan konsentrasi industri media, Ekonomi Media hadir sebagai wilayah studi yang penting, baik bagi para akademisi, pembuat kebijakan, maupun analis industri (Pohan, 2016 :51).





  1. Kajian yang Relevan
Khadziq (2016) dengan Judul “Konvergensi Surat Kabar Lokal (Studi Deskriptif Pemanfaatan Internet Pada Koran Tribun Jogja dalam Membangun Industri Media Cetak Lokal)”. Fokus masalah pengadopsian konvergensi media dalam mengembangkan industri koran lokal dan mendeskripsikan ekonomi politik media yang digunakan Koran Tribun dalam membangun industri medianya. Inilah yang perbedaan penelitian ini dengan penelitian penelitian sebelumnya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan strategi pengadopsian konvergensi media yang dilakukan Koran Tribun dalam membangun pasar media cetak lokal serta menganalisis pengaruh ekonomi politik dalam penerapan konvergensi media yang digunakan Koran Tribun.
Hasil Penelitian adalah analisis deskriptif menunjukkan bahwa strategi 3M (Multimedia, Multichannel dan Multiplatform) digunakan Tribun Jogja menjadi salah satu alternatif strategi untuk menerapkan konvergensi dan mentransformasikan dirinya menuju full convergence. Sedangkan pada ekonomi politik nya terlihat bahwa melalui penerapan konvergensi media ini, maka dengan komodifikasi yaitu adanya pengambilan dan penyeragaman konten di antara sesama media yang berada di bawah jaringan Tribun akan mendapatkan keuntungan melalui pasokan pengiklan, begitu pula spasialisasi yang memungkinkan penyaluran konten berita secara real time dapat mengurangi biaya tenaga kerja, administratif, dan material. Kesimpulan dari penelitian ini adalah konvergensi yang dilakukan adalah konvergensi kontekstual yaitu konvergensi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi budaya perusahaan dan masyarakat. Ini terbukti konvergensi dapat terlaksana tanpa melakukan perubahan radikal dengan menyatukan newsroom cetak dan online, media sudah dapat melakukan konvergensi.
Kajian relevan kedua dibahas oleh Prihartono (2016) dengan judul “Surat Kabar & Konvergensi Media (Studi Deskriptif Kualitatif Model Konvergensi Media Pada Solopos)”. Fokus penelitian, Solopos pada tahun 2004 membangun R Solopos FM. Selanjutnya, pada 2007, Solopos membuat Solopos.com. Pada 2014, Solopos mengembangkan televisi streaming yakni Solopos.tv. Dengan beberapa platform yang dimiliki tersebut, Solopos mencoba masuk tahap konvergensi. Adanya beberapa platform tersebut merupakan salah satu strategi dalam rangka mempertahankan eksistensi Solopos sebagai koran cetak dan sekaligus pengembangan unit usaha baru agar mampu bertahan dalam persaingan industri media.
Hasil dari penelitian Prihartono adalah bahwa Konvergensi media yang dilakukan Solopos merupakan jawaban atas tuntutan industri media bahwa surat kabar harus mempersiapkan platform digital untuk menghadapi media digital yang terus tumbuh. Model konvergensi media yang dilakukan Solopos adalah model konvergensi news gathering di mana dalam model ini seorang jurnalis dituntut untuk mampu mencapai tingkatan multitasking. Akan tetapi Konvergensi media belum sepenuhnya didukung oleh seluruh awak Solopos di divisi redaksi.
  1. Contoh Kasus
Pada makalah ini akan dibahas contoh kasus konvergensi media surat kabar lokal Metro Tabagsel yang terbit setiap hari melalui media cetak dan media online.
1)     Cross-Promotion
Konvergensi media adalah menjalankan fungsi saling menginformasikan program unggulan melalui kedua media tersebut.  Berita yang pupuler di metrotabagsel.com diihalaman depan di Surat Kabar Metro Tabagsel. Sebaliknya, Surat Kabar Metro Tabagsel pemberitaannya diinformasikan di metrotabagsel.com. Dengan adanya konvergensi, kedua belah pihak sama-sama diuntungkan. Karena salah satu pihak, tidak perlu lagi memikirkan berita apa yang akan ditayangkan. Tapi cukup mengikuti tema yang sedang digarap.
Cross Promotion yaitu media yang berkonvergensi saling bekerjasama untuk mempromosikan dan memperkenalkan konten media satu sama lain. Kerjasama dalam foto utama platform masing-masing Surat Kabar Metro Tabagsel dan metrotabagsel.com.
2)     Cloning
Cloning yaitu konten satu media diduplikasi dan diperbanyak untuk dimuat di media lain sebagaimana aslinya. Berita yang ada di Surat Kabar Metro Tabagsel dan metrotabagsel.com. Penduplikasian terjadi, dimana judul-judul berita yang menjadi populer di metrotabagsel.com dihalaman depan Surat Kabar Metro Tabagsel.
Gambar 2.3 Sumber media online
Metrotabagsel.com
  Gambar 2.2 Sumber surat kabar
      Metro Tabagsel 

3)     Coopetition
Pada tahapan ini dimaksudkan tahap ketika entitas media yang terkonvergensi saling bekerja sama dan berkompetisi di saat yang bersamaan. Pada Surat Kabar Metro Tabagsel dan metrotabagsel.com tidak terjadi persaingan karena dikelolah oleh karyawan yang sama. Platform online metrotabagsel.com memperlihat jumlah pembaca dan kategori berita populer sedangkan Surat Kabar Metro Tabagsel tidak hanya sediakan kolom informasi dari pembaca melalui sms yang ditampilkan.
Gambar 2.4 sumber metrotabagsel.com
4)     Content Sharing Konvergensi
Content sharing bentuk kerjasama dua media yang berlainan saling berbagi konten dengan bentuk konten tersebut dikemas ulang atau berbagi budget pendapatan. Surat kabar lokal memiliki newsroom yang berbeda, berita yang diperoleh oleh Grup Jawa pos dapat dimuat ulang (repackaged ) dan disesuaikan untuk dimuat di surat kabar lokal Metro Tabagsel, serta dikemas dalam format digital di Online metrotabagsel.com. Mengingat Metro Tabagsel merupakan bagian dari Grup Jawa pos.
5)     Full convergence
Full convergence yaitu media yang berbeda saling bekerja sama secara penuh untuk semua lini bisnis, mulai dari pengumpulan bahan, produksi, pemasaran, dan distribusi konten. Contohnya jurnalis lokal dari kota Padangsidimpuan atau jurnalis Tapanuli Selatan pengumpulan bahan berita daerah bersama, produksi dan pemasaran dilakukan bersama.  Kemudian berita tersebut ditayangkan di satu halaman depan surat kabar Metro Tabagsel dan Foto utama di halaman depan metrotabgsel.com.


BAB III
Penutup
  1. Kesimpulan
Teknologi informasi dan komunikasi semakin berkembang canggih keputusan surat kabar Metro Tabagsel dalam konvergensi media merupakan satu langkah lebih maju dari pada media yang ingin terus eksis dan berjuang memperbaiki pelayanan kepada masyarakat. Media lokal merupakan akses informasi pertama yang dapat diperoleh masyarakat lokal.
Berita-berita yang disajikan oleh media lokal merupakan berita yang dialami masyarakat lokal itu sendiri. Media nasional terkadang tidak menaikan berita tersebut sehingga masyarakat lokal perlu mempunyai media lokal yang lebih akurat dan aktual.
Pada aras pengaruh ekonomi politik media dalam penerapan konvergensi media di surat kabar Metro Tabagsel. Karena jika membicarakan sebuah industri yang di dalam nya syarat akan kepentingan ekonomi maka kepentingan politik pastilah ada di sana juga dan media membingainya.











Daftar Pustaka
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). 2017. Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia 2014. Diakses 18 November 2018, (https://apjii.or.id).
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti
Effendy, Onong Uchjana.2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Fidler. 2003. Mediamorfosis. Yogyakarta: Bentang.
Grant, A.E. & Wilkinson, J.S. 2009.Understanding Media Convergence: The State of the Field. New York: Oxford University Press.
Harimurti Kridalaksana, 1984. Leksikon Komunikasi. Jakarta: Pradya Paramita.
Khadziq. 2016. Konvergensi Surat Kabar Lokal (Studi Deskriptif Pemanfaatan Internet Pada Koran Tribun Jogja dalam Membangun Industri Media Cetak Lokal). Yogyakarta : Vol.10/N0.01/April 2016
Kompas. Kompas Gelar Gathering Konvergensi Media. 2010. Diakses 18 November 2018. (Kompas.com)
Kompas. Koran.Dunia. 2012. Diakses 18 November 2018. (Kompas.com)

Pohan, Syafruddin. 2016. Ekonomi Politik Media Sejarah, Teori dan Penerapan. Medan: USU press.
Preston. 2001. Reshaping Communications. London: Thousand Oaks, Calif: Sage.
Prihartono. 2016. Surat Kabar & Konvergensi Media (Studi Deskriptif Kualitatif Model Konvergensi Media Pada Solopos). Yogyakarta : Channel, Vol. 4, No. 1, April 2016.
Straubhaar, J & La Rose, R. 2006. Media Now: Communications Media in the Information Age.

.

Resume Jurnal